BAB I
PEMBAHASAN
- Amilum
Amilum merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan
untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis)
dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan amilum sebagai sumber
energi yang penting. Amilum
atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang,
dan biji-bijian seperti kentang, gandum, jagung, dan padi.
a)
Karakteristik
Amilum
Amilum mempunyai rumus
molekul (C6H10O5)n, dan densitas 1.5 g/cm3. Butir-butir amilum atau pati tidak
larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan
terjadi suatu larutan koloid yang kental. [1] Larutan koloid ini apabila diberi
larutan iodium akan bewarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul
amilosa yang membentuk senyawa kompleks. Sedangkan amilopektin dengan iodium
akan berwarna ungu atau merah lembayung.
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan
enzim amilase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh prankreas
terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum dalam makanan kita. Oleh enzim
amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk β maltosa.[2]
Selanjutnya maltosa di hidrolisis oleh asam sehingga menghasilkan glukosa.


|
|
|
|
|
Butir-butir pati apabila diamati dengan menggunakan
mikroskop, ternyata berbeda-beda bentuknya, tergantung dari tumbuhan apa pati tersebut
diperoleh.[3]
Bentuk butir pati yang berasal dari kentang berbeda dengan yang berasal dari
terigu atau beras, dan sebagainya.


Jagung Padi


Kentang Gandum
Gambar
1.1 Bentuk butir pati
b)
Struktur
Amilum
Amilum tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa
dan amilopektin,
dalam komposisi yang berbeda-beda yaitu terdiri dari 20% bagian yang larut air
(amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut dalam air (amilopektin).

Gambar 1.2 Amilosa dan Amilopektin
Amilosa merupakan molekul yang lurus, terdiri atas 250-300 unit D-glukosa
yang terikat dengan ikatan α 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai
terbuka dan bercabang. Amilopektin terdiri dari 1000 atau lebih
satuan glukosa yang kebanyakan juga dihubungkan dengan hubungan α 1,4. Namun
terdapat juga sejumlah hubungan α 1,6 yang terdapat pada titik-titik percabangan.
Jumlah hubungan semacam ini terdapat kurang lebih 4% dari jumlah hubungan atau
satu untuk setiap 25 satuan glukosa. Oleh karena perbedaan struktur ini maka
amilosa lebih larut dalam air dibandingkan dengan amilopektin.
Amilopektin memberikan sifat lengket pada beras.
Semakin banyak amilopektinnya, semakin lengket nasi yang dihasilkan oleh beras
tersebut. Semakin banyak amilosa pada beras, semakin keras nasi yang
dihasilkan. Beras pada umumnya mengandung amilosa lebih dari 20%, sedangkan
ketan mempunyai kandungan amilosa hanya sekitar 1 – 2%.[4]
c)
Kegunaan
Amilum
Karena masih dalam keluarga karbohidrat,
tentu saja manfaat utamanya adalah menyediakan energi untuk tubuh kita secara
baik. Pati
akan mendukung pengubahan glukosa menjadi bentuk energi supaya tubuh tidak
mudah lemas dan justru selalu aktif dan bersemangat. Glukosa sendiri merupakan
wujud yang karbohidrat gunakan untuk fungsi tubuh kita.
Pati juga digunakan
sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan cair seperti sup. Dalam industri, pati
dipakai sebagai komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan juga pada
industri kosmetik.
Amilum
sering dicampur dengan kanji. Biasanya kanji dijual dalam bentuk tepung serbuk
berwarna putih yang dibuat dari ubi kayu sebelum dicampurkan dengan air hangat untuk
digunakan. Kanji juga digunakan sebagai pengeras pakaian dengan menyemburkan
larutan kanji cair ke atas pakaian sebelum disetrika. Kanji juga digunakan
sebagai bahan perekat atau lem. Selain itu, serbuk kanji juga digunakan sebagai penyerap
kelembapan, sebagai contoh, serbuk kanji disapukan pada bagian kelangkang bayi
untuk mengurangi gatal-gatal.[5]
Bahkan kanji lebih efektif dibandingkan bedak bayi karena kanji menyerap
kelembapan dan menjaga agar pelapis senantiasa kering.
Pada bidang
farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum
Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum
jagung berbentuk polygonal, membulat atau sferoidal dan mempunyai garis tengah
35 mm. Amilum gandum dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam,
masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang berbeda. Amilum digunakan sebagai
bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan
farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan
penghancur. Sediaan amilum yang terdapat dalam pasaran adalah Volex®.
Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum
terhadap keracunan iodium dan amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien
dan sebagai basis untuk supositoria. Amilum juga digunakan sebagai bahan
penghancur atau pengembang (disintegrant),
yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan.
Sebagai
amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan
karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik, tidak
mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi
bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat
dalam pembuatan tablet cara granulasi basah.
- Glikogen
Glikogen
ditemukan oleh Claude Bernard. Eksperimen menunjukkan bahwa hati mengandung zat
yang dapat menimbulkan kekurangan gula oleh aksi dari “peragian” di hati. Pada
1857, ia menggambarkan isolasi zat yang disebut “zat pembentuk gula”. Segera
setelah penemuan glikogen di hati, A. Sanson menemukan bahwa jaringan otot juga
mengandung glikogen. Rumus empiris untuk glikogen (C6H10O5)n
ditetapkan oleh Kekule pada tahun 1858.
a)
Karakteristik Glikogen
Glikogen
sering disebut sebagai pati hewan karena merupakan cadangan makanan pada hewan.
Glikogen merupakan polimer
glukosa dengan ikatan α 1,6. Seperti
amilum glikogen juga mengahasilkan D-glukosa pada proses hidrolisis. Dengan
iodium glikogen menghasilkan warna merah.
Pada tubuh
kita glikogen terdapat dalam hati dan otot. Glikogen otot diubah menjadi
glukosa oleh sel-sel otot, dan glikogen hati diubah menjadi glukosa untuk
digunakan seluruh tubuh termasuk sistem saraf pusat. Dalam otot, glikogen
dijumpai dalam konsentrasi rendah (1-2% dari massa otot). Jumlah glikogen yang
disimpan dalam tubuh terutama dalam otot, hati, dan sel-sel darah merah
kebanyakan bergantung pada latihan fisik, laju metabolik basal, dan kebiasaan
makan seperti puasa berselang. Sejumlah kecil glikogen ditemukan dalam ginjal,
dan jumlah yang lebih kecil dalam sel glial tertentu di otak dan sel darah
putih. Rahim juga menyimpan glikogen selama kehamilan untuk memberi makan
embrio.
Pada
manusia, tubuh dapat menyimpan sekitar 2.000 kilokalori glikogen pada waktu
tertentu. Dalam alam, glikogen terdapat pada kerang dan alga atau rumput laut.[6]
Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan jalan menambahkan
etanol. Endapan yang terbentuk apabila dikeringkan berbentuk serbuk putih.
b)
Struktur Glikogen
Struktur dasar glikogen adalah rantai amilosa, yaitu
rantai glukosa yang dihubungkan dengan ikatan α 1,4 dan mempunyai percabangan
dengan ikatan 1,6 pada setiap 4 satuan glukosa pada bagian tengah molekul. Hal
ini mengakibatkan terbentuknya struktur yang menyerupai pohon. Struktur glikogen serupa dengan
struktur amilopektin yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang.[7]
Glikogen
terdapat dalam jaringan sebagai polimer berberat molekul sangat besar (107-108)
yang bersatu dalam partikel glikogen.

Gambar 1.3 Struktur Glikogen
c)
Glikogenesis
Glukosa
merupakan sumber bahan bagi proses glikolisis, karena glukosa terdapat dalam
jumlah banyak bila dibandingkan dengan monosakarida lain. Oleh karena itu bila
jumlah glukosa yang diperoleh dari makanan terlalu berlebih, maka glukosa akan
disimpan dengan jalan diubah menjadi glikogen dalam hati dan jaringan
otot. Proses sintesis glikogen dari glukosa disebut glikogenesis.
Glikogen
atau gula otot merupakan cadangan makanan yang dibentuk dari molekul glukosa
hasil pencernaan makanan. Glukosa akan saling berikatan dengan ikatan α 1,4
glikosidik untuk membentuk glikogen. Molekul glikogen tersusun
bercabang-cabang agar dapat tersimpan maksimal di dalam sel. Kelebihan kadar
glukosa di dalam darah akan memicu disekresikannya hormon insulin untuk memicu
terjadinya glikogenesis. Glikogen ini dapat dipecah lagi menjadi glukosa saat
kadar glukosa darah menurun seperti dalam keadaan lapar atau puasa. Glikogenesis
terjadi dengan cara penambahan molekul glukosa pada rantai glikogen yang telah
ada (glikogen primer). Penambahan glukosa akan terjadi secara bertahap, satu
demi satu molekul glukosa akan memperpanjang glikogen yang telah ada.
Proses
glikogenesis terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk
berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa
melampaui kebutuhan, maka dirangkai menjadi glikogen untuk menambah simpanan
glikogen dalam tubuh sebagai cadangan makanan jangka pendek melalui proses
glikogenesis. Proses pembentukan glikogen melalui glikogenesis merupakan
langkah penting dalam menjaga kadar gula dalam darah tetap normal. Karena ketidakmampuan
tubuh untuk menjalankan glikogenesis dengan wajar dapat mengakibatkan timbulnya
penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus dapat menjadi penyakit yang
berbahaya dan mematikan karena memicu berbagai komplikasi seperti stroke, kerusakan
jaringan, dan kebutaan.
Enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan dan
penguraian glikogen adalah glikogen sintase dan glikogen fosforilase. Kerja
kedua enzim ini diatur oleh beberapa enzim lainnya secara bertahap dan
terkoordinasi sedemikian rupa sehingga kedua enzim tersebut dapat berada dalam
keadaan bentuk aktif atau tak aktif.[8]
Bila glikogen sintase berada dalam bentuk aktif, glikogen fosforilase berada
dalam bentuk tak aktif, dan sebaliknya. Glikogen sintase-I dan glikogen sintase-D masing-masing adalah
bentuk aktif dan tak aktif dari enzim pembentuk glikogen, sedangkan glikogen
fosforilase-a dan fosforilase-b masing-masing adalah bentuk aktif dan tak aktif
dari enzim pengurai glikogen.
Gugus
fosfat dan energi yang diperlukan dalam reaksi pembentukan glukosa 6-fosfat dari
glukosa diberikan oleh ATP yang berperan sebagai senyawa kimia berenergi
tinggi. Sedangkan enzim yang mengkatalisnya adalah glukokinase. Selanjutnya,
dengan fosfoglukomutase, glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi
glukosa 1-fosfat.
Glukosa
1-fosfat bereaksi dengan uridin tri fosfat (UTP) dikatalis oleh glukosa
1-fosfat uridil transferase menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa) dan
pirofosfat (PPi). Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme
umum untuk biosintesis disakarida dan polisakarida.[9]
Dalam berbagai tumbuhan seperti tanaman tebu, disakarida sukrosa dihasilkan
dari glukosa dan fruktosa melalui mekanisme biosintesis tersebut. Dalam hal ini
UDP-glukosa bereaksi dengan fruktosa 6-fosfat, dikatalis oleh sukrosa fosfat
sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat yang kemudian dengan enzim sukrosa
fosfatase dihidrolisis menjadi sukrosa.
Proses
pembentukan glikogen ringkasnya sebagai berikut.
-
Tahap
pertama adalah pembentukan glukosa-6-fosfat dari glukosa, dengan bantuan enzim
glukokinase dan mendapat tambahan energi dari ATP dan fosfat.
-
Glukosa-6-fosfat
dengan enzim glukomutase menjadi glukosa-1-fosfat.
-
Glukosa-1-fosfat
bereaksi dengan UTP (Uridin Tri Phospat) dikatalisis oleh uridil transferase
menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa) dan pirofosfat (PPi).
-
Tahap
terakhir terjadi kondensasi antara UDP-glukosa dengan glukosa nomor satu dalam
rantai glikogen primer menghasilkan rantai glikogen baru dengan tambahan satu
unit glukosa.

Gambar 1.4 Glikogenesis
d)
Glikogenolisis
Glikogenolisis merupakan proses pemecahan molekul glikogen menjadi glukosa yang
terjadi di hati sedangkan pada otot menjadi asam piruvat dan asam laktat.
Apabila tubuh dalam keadaan lapar, tidak ada asupan makanan, kadar gula dalam
darah menurun, gula diperoleh dengan memecah glikogen menjadi glukosa yang
kemudian digunakan untuk memproduksi energi.
Dalam glikogenolisis, glikogen yang disimpan dalam hati dan otot dipecah
menjadi glukosa-1-fosfat kemudian diubah menjadi glukosa 6-fosfat. Glukosa 6-fosfat
akan masuk ke dalam proses glikolisis untuk menghasilkan energi. Glukosa 6-fosfat
juga dapat diubah menjadi glukosa untuk di distribusikan oleh darah menuju
sel-sel yang membutuhkan glukosa. Glikogenolisis diatur oleh hormon glukagon
yang disekresikan pankreas dan epinefrin (adrenalin) yang disekresikan kelenjar
adrenal. Kedua hormon tersebut akan menstimulasi enzim glikogen fosforilase
untuk memulai glikogenolisis dan menghambat kerja enzim glikogen sintase
(menghentikan glikogenesis).
Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat.
Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan
UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase.[10]
Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang
sama seperti pada reaksi glikogenesis yaitu fosfoglukomutase.

Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-fosfat. Glukosa
6-fosfatase melepaskan gugus fosfat sehingga terbentuk glukosa. Reaksi ini
tidak menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.

Glukosa yang
terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk respirasi sehingga
menghasilkan energi, yang energi itu terekam/tersimpan dalam bentuk ATP.
e) Kegunaan Glikogen
Glikogen adalah bentuk penyimpanan utama glukosa dalam sel-sel hewan,
meskipun juga ditemukan di berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri dan
jamur. Glikogen dipakai oleh tubuh sebagai sumber energi cadangan yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup dan mempertahankan fungsi normal semua sel
tubuh kita, misalnya pada saat kita sedang berolahraga, bekerja berat,
berpuasa, sedang sakit, dan sebagainya. Jadi jika tubuh kita membutuhkan banyak
energi, maka zat glikogen ini akan diuraikan kembali menjadi glukosa, yang
segera bisa dipergunakan sebagai energi bagi sel tubuh kita.
Hati berfungsi sebagai tempat pembentukan glikogen dari glukosa. Apabila
kadar glukosa dalam darah bertambah, sebagian diubah menjadi glikogen sehingga
kadar glukosa dalam darah normal kembali. Sebaliknya apabila kadar glukosa
darah menurun, glikogen dalam hati diuraikan menjadi sukrosa kembali, sehingga
kadar glukosa darah normal kembali. Jadi glikogen berperan dalam menjaga kadar
gula darah agar tetap normal.
Glikogen yang ada didalam otot digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan
aktifitas sehari-hari. Glikogen otot juga merupakan sumber heksosa untuk proses
glikolisis di dalam otot itu sendiri.[11]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
- Saran
(http://eltracytaocktora.blogspot.co.id/2012/09/amilum-atau-amilosa.html),
diakses 4 Oktober 2016
[2] Anna,P.&Titin S., Dasar-dasar Biokimia (Edisi Revisi),
(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2012), hlm. 37
[3] Ibid., hlm. 35
[4]
Hasanuddin,
2015, Amilum, (online),
(http://kimiadasar.com/amilum/), diakses 4 Oktober 2016
[5] Muammar, Ismail,
2013, Karbohidrat Polisakarida, (online), (http://we-rock1.blogspot.co.id/2013/04/karbohidrat-polisakarida.html),
diakses 4 Oktober 2016.
[6]
Anna, P.&Titin, S., Dasar-dasar Biokimia (Edisi Revisi),
(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2012), hlm. 37
[7] Ibid., hlm. 38
[8] Muhamad, Wirahadikusumah, Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat,
dan Lipid, (Bandung: ITB, 1985), hlm. 33
[9]
Bambang, Sumantri,
2011, Metabolisme Karbohidrat,
(online),
(http://mantrinews.blogspot.co.id/2011/07/metabolisme-karbohidrat.html),
diakses 4 Oktober 2016.
[10] Fedril, Dwi, 2011,
Metabolisme Karbohidrat, (online),
(http://fedrildwi.blogspot.co.id/p/metabolisme-karbohidrat_24.html),
diakses 4 Oktober 2016.
(http://dyahwidya12.blogspot.co.id/2013/03/glikogen.html), diakses 4 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar