Rabu, 22 Februari 2017

STUDI KUALITAS PERAIRAN DAN INDEKS KEANEKARAGAMAN MAKROINVERTEBRATA BENTOS DI SUNGAI DAN AIR TERJUN ALAM KANDUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG



STUDI KUALITAS PERAIRAN DAN INDEKS KEANEKARAGAMAN MAKROINVERTEBRATA BENTOS DI SUNGAI DAN AIR TERJUN ALAM KANDUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG

LAPORAN PRAKTIKUM KKL
Untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Ekologi
yang dibimbing oleh Desi Kartikasari, M.Si



Description: Description: E:\IMG_87855786999913.jpeg
 




                                                                                                                                  



Disusun oleh Kelompok 3:
1.      Putri Pramita Sari             (17208153040)
2.      Noviatun Nadhiroh          (17208153048)
3.      Afina Aninnas                  (17208153056)
4.      Syafiq Al Faizar               (17208153061)
5.      Moh. Nizar Soim              (17208153068)
6.      Tri Nur Utami Putri          (17208153073)





JURUSAN TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Desember  2016

KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas pertama kali diucapan selain ucapan syukur kepada ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabil’aalamin yang mana kita telah diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya sehingga kita dapat menyelesaikan laporan KKL ekologi  tepat dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga, sahabat, tabi’in dan para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan syafa’atnya kelak di hari pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini kami menyusun sebuah laporan KKL  ekologi di hutan alam kandung kabupaten  Tulungagung yang berjudul STUDI KUALITAS PERAIRAN DAN INDEKS KEANEKARAGAMAN MAKROINVERTEBRATA BENTOS DI SUNGAI DAN AIR TERJUN ALAM KANDUNG KABUPATEN TULUNGAGUNG ”. Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih kepada.
1.      Rektor IAIN Tulungagung Dr. Maftukhin, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar di kampus tercinta ini.
2.      Segenap pihak pengurus hutan Alam Kandung yang telah memberikan izin dan kesempatannya kepada kami untuk melaksanakan kegiatan KKL Ekologi ini.
3.      Dosen matakuliah Ekologi  Ibu Desi Kartikasari yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun laporan kegiatan KKL ini.
4.      Teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan laporan KKL  ini. Dengan amanat itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk laporan KKL ini.
            Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kegiatan KKL ini masih banyak  kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang  membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi laporan kegiatan KKL ini. Penyusun berharap semoga laporan kegiatan KKL Ekologi ini dapat bermanfaat untuk semuanya.
Tulungagung, 5 Desember 2016

                                                                                                 Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
1.1  Latar Belakang............................................................................. 1
1.2  Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3  Tujuan Penelitian.......................................................................... 2
1.4  Kegunaan Penelitian..................................................................... 2
1.5  Ruang Lingkup dan Batasan Masalah.......................................... 2
1.6  Definisi Operasional..................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................ 3
BAB III METODE PENELITIAN................................................... 7
1.1  Rancangan Penelitian.................................................................. 7
1.2  Populasi dan Sampel.................................................................... 7
1.3  Waktu dan Tempat...................................................................... 8
1.4  Alat dan Bahan............................................................................ 8
1.5  Prosedur Kerja............................................................................. 8
1.6  Teknik Analisis Data................................................................... 9
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN.......................................... 10
BAB VI PENUTUP........................................................................... 20
6.1 Kesimpulan................................................................................... 20
6.1 Saran............................................................................................. 20
Daftar rujukan
Lampiran



DAFTAR TABEL

Tabel 3.1         Nilai Indeks Diversitas Shannon Wiener
Tabel 4.2         Hasil Pengukuran Suhu
Tabel 4.3         Hasil Pengukuran pH
Tabel 4.4         Perhitungan Kecepatan Arus Dari Stasiun 1-6
Tabel 4.5         Hasil Perhitungan Debit Kelompok 1-6
Tabel 4.6         Pembagian Taksa Bentos
Tabel 4.7         Identifikasi Bentos Stasiun 3
Tabel 4.8         Nilai Indeks Diversitas Shannon Wiener






Daftar Gambar

Gambar 1.       Grafik Hasil Pengukuran Suhu
Gambar 2.       Grafik Hasil Pengukuran pH
Gambar 3.       Grafik Hasil Perhitungan Kecepatan Arus dari Stasiun 1-6
Gambar 4.       Perhitungan Luas Sungai
Gambar 5.       Grafik Hasil Perhitungan Debit Kelompok 1-6         
Gambar 6.       Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Shannon-Wiener




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Salah satu parameter biologi yang dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas air adalah makroinvertebrata bentos, karena dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik, kimai dan biologi suatu perairan.[1] Makroinvertebrata bentos merupakan organisme dasar perairan yang relatif tidak mudah bermigrasi dan memiliki kepekaan tinggi akibat pencemaran perairan, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik, kimia dan biologi suatu perairan.[2] Makroinvertebrata bentos telah digunakan secara luas dibeberapa negara sebagai indikator biologi guna menilai status kesehatan dan integritas ekologi dari suatu perairan, karena makroinvertebrata bentos berperan penting dalam sistem rantai makanan.[3] Makroinvertebrata bentos juga sensitif terhadap perubahan lingkungan dan karakteristik habitat yang disebabkan oleh adanya aktivitas kegiatan manusia baik secara alami maupun buatan.[4]

1.2  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Keanekaragaman Makroinvertebrata bentos di Sungai dan di Air Terjun Alas Kandung Kabupaten Tulungagung ?
2.    Bagaimana Kualitas Air di Sungai dan di Air Terjun Alas Kandung ?




1.3  Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui keanekaragaman makroinvertebrata di sungai dan di air terjun Alas Kandung Kabupaten Tulungagung.
2.    Untuk mengetahui kualitas air di sungai dan air terjun Alas Kandung Kabupaten Tulungagung.

1.4  Kegunaan Penelitian
Manfaat diadakannya penelitian ini, yaitu agar setiap mahasiswa dapat langsung terjun kelapangan dan mempraktikkan teori yang sudah diajarkan. Sehingga mahasiswa dapat memahami teori dasar dari pembelajaran ini. Selain itu mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara meneliti perairan sehingga dapat diketahui apakah perairan tersebut masih baik atau sudah tercemar dengan makroinvertebrata bentos sebagai indikatornya..  

1.5  Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengakaji tentang ekologi populasi, yaitu mengakaji dan mengidentifikasi famili dan jenis-jenis bentos yag ada di sungai dan di air terjun alas kandung.
Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran, maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu;
1.      Penelitian ditekankan pada pencarian dan identifikasi bentos.
2.      Penelitian dilakukan di sungai dan di air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung.

1.6  Definisi Operasional
Kualitas air adalah tingkat kemampuan air dalam menopang kehidupan organisme yang yang ditunjukkan oleh suhu, turbiditas, unsur terlarut, pH serta salinitas dari air tersebut. Suhu air adalah derajat panas air yang diukur menggunakan termometer dengan satuan bisa berupa celcius, kelvin maupun fahrenheit. Turbiditas daalah tingkat kekeruhan air yang diukur menggunakan cakram secchi. pH adalah tingkat derajat keasaman air dengan kisaran 0-14 yaang diukur menggunakan pH meter.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1    Makroinvertebrata Bentos
 Bentos adalah semua organisme air yang hidupnya terdapat pada substrat dasar suatu perairan, baik yang bersifat sesil (melekat) maupun vagil (bergerak bebas). Berdasarkan tempat hidupnya, bentos dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu bentos yang hidupnya di atas substrat dasar perairan dan infauna,yaitu bentos yang hidupnya tertanam di dalam substrat dasar perairan. Berdasarkan siklus hidupnya bentos dapat dibagi menjadi holobentos, yaitu kelompok bentos yang seluruh hidupnya bersifat bentos dan merobentos, yaitu kelompok bentos yang hanya bersifat bentos pada fase-fase tertentu dari siklus hidupnya.[5]
Menurut hewan bentos dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh yang bisa melewati lubang saring yang dipakai untuk memisahkan hewan dari sedimennya.
Berdasarkan kategori tersebut bentos dibagi atas :
1.    Makrozoobentos, kelompok hewan yang lebih besar dari 1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan bentos yang terbesar, jenis hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca, annelida, crustaceae, beberapa insekta air dan larva dari diptera, odonata dan lain sebagainya.
2.    Mesobentos, kelompok bentos yang berukuran antara 0,1 mm -1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan kecil yang dapat ditemukan di pasir atau lumpur. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca kecil, cacing kecil, dan crustaceae kecil.
3.    Mikrobentos, kelompok bentos yang berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Kelompok ini merupakan hewan yang terkecil. Hewan yang termasuk ke dalamnya adalah protozooa khususnya cilliata.
Menyatakan bahwa hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis yang tergolong ke dalam kelompok makroinvertebrata air. Makroinvertebrata air dikenal juga dengan istilah makrozoobentos.
Hewan ini memegang peranan penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detrivor dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.
Odum menyatakan makroinvertebrata air (makrozoobenthos) memegang peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki beberapa tingkatan trofik pada rantai makanan.[6] Kedudukan makroinvertebrata air dalam tingkatan trofik dapat dikelompokkan menjadi: grazers perapers merupakan herbivor pemakan tumbuhan air dan periphyton, shredders merupakan detritivor pemakan partikel organik kasar, collector merupakan detritivor pemakan partikel organik halus, predator merupakan karnivor pemakan hewan lain.
Penggunaan makroinvertebrata bentos sebagai indikator kualitas perairan dinyatakan dalam bentuk indeks biologi. Cara ini telah dikenal sejak abad ke-19 dengan pamikiran bahwa terdapat kelompok organisme tertentu yang hidup di perairan tercemar. Jenis-jenis organisme ini berbeda dengan jenis-jenis organisme yang hidup di perairan tidak tercemar. Kemudian oleh para ahli biologi perairan pengetahuan ini dikembangkan sehingga perubahan struktur dan komposisi rganisme periran karena berubahnyakondisi habitat dapat dijadikan indikator kualitas perairan.
Peranan bentos di perairan:[7]
1.    Mampu mendaur ulang bahan organik.
2.    Membantu mendaur ulang mineralisasi.
3.    Menduduki posisi penting dalam rantai makanan.
4.    Indikator pencemaran.
Kehidupan makroinvertebrata bentos juga dipengaruhi oleh faktor lingkungannya yaitu perairan. Berikut ini faktor-faktor yang memepengaruhi kehidupan makroinvertebrata bentos diantaranya:
a.        Suhu
Tiap organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Hewan laut misalnya hidup dalam batas-batas suhu tertentu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euriterm. Ada pula yang toleransinya kecil disebut bersifat stenoterm. Hewan yang hidup dizone pasang-surut dan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organism perairan adalah antara 18-30oC.
b.      Salinitas                                  
Salinitas merupakan gambaran jumlah garam terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan o/oo (per mil, garam per liter).  Tingkat salinitas pada air payau umumnya 0,5 – 17 o/oo. Ada berbagai cara untuk menentukan salinitas, yang paling populer untuk mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi yaitu salinometer yang bekerjanya didasarkan pada daya hantar listrik.[8]
c.        Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. pH yang ideal bagi kehidupan organism akuatik pada umunya terdapat antara 7 – 8,5.[9]
d.    Substrat
Substrat sangat penting bagi organism yang hidup didasar perairan, baik pada air yang diam maupun air mengalir. Substrat dapat digolongkan atas substrat lumpur, substrat lumpur berpasir, dan substrat pasir. Pada umumnya substrat dasar yang berlumpur lebih disenangi oleh bentos dari pada dasar yang berupa pasir.[10]
        




















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Rancangan Penelitian
Penelitian ini kami lakukan sekali, kami meneliti aliran sungai dan air terjun alas kandung yang ada di Tulungagung apakah tercemar atau tidak. Dengan cara mengumpulkan beberapa subjek dari sungai dan mengidentivikasinya di Laboratorium Jurusan Biologi dan Laboratorium PGMI IAIN Tulungagung.

3.2  Populasi dan Sampel
          Populasi: seluruh jenis makroinvertebrata bentos yang terdapat di sungai dan air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung.
          Sampel: sampel dalam penelitian ini adalah beberapa jenis makroinvertebrata bentos yang dapat tertangkap di antara batu-batuan, kerikil. Titik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara subyektif yaitu pengambilan dilakukan pada bawah air terjun yang merupakan habitat makroinvertebrata bentos. Pengambilan sampel makroinvertebrata bentos dilakukan dengan menggunakan metode tangkap segera (immediate sampler). Metode analisisnya berupa analisis ex situ (di laboratorium) dan analisis in situ (di air terjun). Sampel makroinvertebrata bentos pada tiap stasiun (dua stasiun) dan plot (tiga plot pada tiap stasiun) yang telah ditentukan dengan menggunakan alat jaring Surber dengan cara meletakkan bagian frame foot dari jala tersebut dengan arah menetang arus. Sampel yang diperoleh kemudian ditampung kedalam piring atau nampan, selanjutnya di sortir dan dipisahkan dari sampah serta kotoran yang terikut. Setelah diperoleh sampel dilakukan pendataan dan pengambilan dokumentasi menggunakan foto. Pengambilan sampel dimulai pada saat pagi hari sampai menjelang siang hari.



3.3 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum pengambilan sampel dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 29 Oktober 2016 pukul 06:00 – 17:00 WIB, bertempat di air terjun Alas Kandung, identifikasi dilaksanakan pada hari minggu tanggal 30 Oktober 2016 pukul 09:00 – 13:30 WIB bertemapat di Laboratorium Jurusan Biologi dan Laboratorium Jurusan PGMI.

3.4 Alat dan bahan
Alat yang digunakan yaitu:
Stop Watch (kecepatan arus), roll meter (lebar saluran kedalaman), gabus atau steorofom (kecepatan arus), pH meter digital, termometer biasa (suhu), jala atau jaring surber, nampan plastik, piring plastik, kuas lukis kecil, botol sampel atau plakon, botol air mineral, kertas label, plastik dan karet gelang, lup dan mikroskop stereo.
Bahan yang digunakan yaitu:
Larutan formalin, aquades, alkohol 70% dan buku kunci identifikasi.

3.5 Prosedur Kerja
1.    Mengambil sampel makroinvertebrata bentos pada tiap stasiun (dua stasiun) dan plot (tiga plot pada tiap stasiun) yang telah ditentukan dengan menggunakan alat jaring. Surber dengan cara meletakkan bagian frame foot dari jala tersebut dengan arah menetang arus.
2.    Substrat yang terdapat didalam frame foot diaduk-aduk dengan tangan secara hati-hati, sehingga organisme bentos yang melekat di batu-batuan ataupun kerikil terbilas, hanyut, dan tertampung di jaring Surber dan organisme yang melekat pada bebatuan diambil dengan cara disisir secara hati-hati dengan menggunakan kuas.
3.    Sampel yang diperoleh kemudian ditampung kedalam piring dan nampan, selanjutnya disortir dan dipisahkan dari sampah serta kotoran yang terikut.
4.    Kemudian diawetkan dengan menggunakan formalin 4% atau alkohol 7% dan diamati dengan menggunakan lup, mikroskop stereo serta dilakukan identifikasi.
5.    Identifikasi bentos dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi menurut Jutting (1956); Edmondson (1959); Quigley (1977); Ristiyanti dkk (2011).
6.    Setelah diperoleh sampel dilakukan pendataan dan pengambilan dokumentasi menggunakan foto. Pengambilan sampel dimulai pada saat pagi hari sampai menjelang siang hari.

3.6 Teknik Analisa Data
Analisa keanekaragaman makroinvertebrata bentos pada setiap lokasi pengambilan sampel dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dengan rumus:

H’=

Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi   = Proporsi spesies ke-i terhadap jumlah total
s    =  jumlah total spesies di dalam komunitas

Menurut Lee, (1987) indeks diversitas dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran suatu perairan seperti Tabel 3.1 di bawah ini
Tabel 3.1 nilai indeks diversitas Shannon Wiener
Nilai Indeks Diversitas
Tingkat Pencemaran
2,0
Belum tercemar
2,0-1,6
Tercemar ringan
1,5-1,0
Tercemar sedang
<1,0
Tercemar berat
(Sumber: Lee, 1987 )




BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

Kehidupan suatu makhluk hidup tentu dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik, begitu juga dengan kelangsungan hidup makroinvertebrata bentos. Untuk itu pada praktikum kali ini juga diamati bagaimana faktor abiotik yang mempengaruhi kelangsungan hidup makroinvertebrata bentos di sungai dan air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung. Berikut akan disajikan beberapa grafik mengenai keadaan suhu, pH, kecepata arus, debit dan indeks diversitas Shannon-Wiener yang ada di stasiun 1-6.
1.    Suhu
Tabel 4.2 merupakan hasil pengukuran suhu

plot
1
2
3
4
5
6
Suhu       ( ˚C )
29
28
29
29
29
28

 Hasil pengukuran temperatur air dilakukan dengan menggunakan thermometer,  dari stasiun 1 hingga stasiun 3 pengukuran suhu berkisar antara 28 ̊C hingga  29 °C. Kondisi temperatur air sungai dan air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung menunjukkan kisaran suhu yang cukup tinggi karena pengamatan dilakukan pada saat terik matahari.
Gambar 1 merupakan grafik hasil pengukuran suhu
Tinggi rendahnya nilai temperatur suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan organisme air termasuk bentos. Tingginya nilai temperatur dapat mempengaruhi jumlah, jenis, dan persebaran bentos dalam suatu ekosistem. Peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dan udara dan dari proses fotosintesis.[11]

2.    pH
Pengukuran pH yang didapat dari sungai alas kadung dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.3 merupakan hasil pengukuran pH

Plot
1
2
3
4
5
6
pH
7,3
7,3
8,1
8,1
8
7,9

Perairan yang memiliki kadar pH ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Hasil pengukuran pH air sungai dan air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung pada stasiun 1 sampai stasiun 6 berkisar pada pH 7-8,5 berarti ini  menunjukan kondisi perairan yang ideal sehingga bisa berdampak positif pada kelangsungan hidup bentos dan organisme air lainnya. Berikut disajikan grafik pengukuran pH yang ada di air sungai dan air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung.






Gambar 2 merupakan grafik hasil pengukuran pH

Pengukuran derajat keasaman air (pH) dilakukan dengan menggunakan pH-meter. Kandungan pH dalam suatu perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air. Derajat keasaman suatu perairan juga sangat menentukan kelangsungan hidup organisme dan merupakan resultan sifat kimia, fisika perairan.[12]

3.    Kecepatan arus
Kecepatan arus diperoleh dari perhitungan menggunakan rumus:


v=
 
 


Keterangan, v    = kecepatan (m/s)
                     t    = waktu (s)
                     m  = jarak yang ditempuh (m)
dengan rumus di atas didapatkan  kecepatan arus dari seluruh stasiun yang disajikan dalam tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.4 merupakan perhitungan kecepatan arus dari stasiun 1-6

Plot
1
2
3
4
5
6
Kecepatan
(m/s)
0,7
0,4
2
3,139
0,8
0,2

Gambar 3, merupakan grafik perhitungan kecepatan arus dari stasiun 1-6

Berdasarkan grafik 3 menunjukkan bahwa kecepatan arus dalam setiap stasiun berbeda, kecepatan arus pada stasiun 4 sangat tinggi dan kecepatan arus terendah terletak pada stasiun 3. Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh lebar sungai. Selain itu, kecepatan arus dipengaruhi oleh perbedaan hilir dan hulu badan air, semakin tinggi perbedaan ketinggian (elevasi), maka akan semakin kuat. Kecepatan arus akan mempengaruhi komposisi substrat dasar (sedimen) dan juga akan mempengaruhi aktivitas makroinvertebrata bentos yang ada. Kecepatan arus merupakan salah satu faktor penentu kemelimpahan dan keanekaramana makroinvertebrata bentos. Perairan yang relatif tenang dan banyak ditumbuhi tumbuhan air biasanya banyak ditemukan kelompok Molusca sedangkan perairan dengan arus kuat atau jeram banyak ditemukan makroinvertebrata bentos dari kelompok Insekta dan Hirudinae.

4.    Debit
5 dm
 
Debit sungai yang dijadikan untuk pengambilan sampel makroinvertebrata bentos pada stasiun 3 dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
2,5 dm
 
Diket:


 




Gambar 4 merupakan perhitungan luas sungai

Q1= 2,5 x 0,8         = 2                              D = Q x v
Q2 = ½ (2,5 x 0,2) = 0,25                              = 4,38 x 20
Q3 = 2,5 x 0,7        = 1,75                              = 87,6 dm3/dt
Q4 = ½ (2,5 x 0,3) = 0,38                              = 87,6 l/dt
                                 4,38
Hasil pengukuran luas sungai yang dijadikan sampel ialah 4, 38 dm yang dipengaruhi juga oleh kecepatan arus sungai. Semakin lebar sungai maka kecepatan arus sungai juga semakin berkurang. Pada stasiun 3 kecepatan arus sebesar (20 dm/dt) menujukkan bahwa arus yang ada di sungai dan di air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung sangat deras.
Tabel 4.5 hasil perhitungan debit kelompok 1-6
No.
 Plot
1
2
3
4
5
6
Debit
24,897
21,35
87,6
116,53
98,67
22,625

Gambar 5 merupakan grafik hasil perhitungan debit kelompok 1-6
Dari penyajian data di atas, debit tertinggi terdapat di daerah stasiun 4 dan debit terendah berada di stasiun 2. Selain curah hujan debit air juga dipengaruhi oleh aliran air yang masuk ke dalam sungai yang membawa bahan terlarut akibat erosi pada suatu badan air. Selain itu kecepatan arus juga dapat mempengaruhi debit air.

5.    Indeks diversitas Shannon-Wiener
Indeks diversitas atau indeks keanekaragaman bentos dihitung dengan menggunakan rumus Shannon Wiener:

H’=

Keterangan:
H    = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi      = Proporsi spesies ke-i terhadap jumlah total
s      =  jumlah total spesies di dalam komunitas

Didapatkan hasil perhitungan yang disajikan dalam tabel pembagian taksa dan grafik dibawah ini. Tabel 4.6 pembagian taksa bentos



















































































Dari tabel taksa di atas dapat ketahui bahwa di sungai dan air terjun alas kandung keanegaraman bentos masih sangat tinggi dibuktikan dengan ditemukannya spesies bentos yang diklasifikasikan dalam  tingkat famili, seperti gastropoda, ephemeroptera, plecoptera, trichoptera, diptera, hemiptera, odonata, crustacea dan coleoptera.
Berikut ini akan disajikan tabel identifikasi bentos dari kelompok 3.
Tabel 4.7 merupakan identifikasi bentos stasiun 3
No.
Famili (jenis)
Jumlah
1.
Ephemeroptera (Baetidae)
3
2.
Ephemeroptera (Siphlonuridae)
1
3.
Plecoptera (Chloroperlidae)
2
4.
Plecoptera (Perlidae)
1
5.
Plecoptera (Perliodidae)
2

Dari tabel taksa di atas, dapat disajikan dengan grafik berikut ini,
Gambar 6 merupakan grafik hasil pengamatan dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener
Berdasarkan grafik 5, terlihat nilai indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun 3 dan terendah stasiun 4. Dilihat dari Lee, (1987) indeks diversitas dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran suatu perairan seperti Tabel 4.6 di bawah ini



Tabel 4.8 nilai indeks diversitas Shannon Wiener
Nilai Indeks Diversitas
Tingkat Pencemaran
2,0
Belum tercemar
2,0-1,6
Tercemar ringan
1,5-1,0
Tercemar sedang
<1,0
Tercemar berat
(Sumber: Lee, 1987 )
Dilihat dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa di sungai dan di air tejun alas kandung kabupaten Tulungagung masih dalam keadaan baik dan belum tercemar karena dari stasiun 1 sampai stasiun 6 indeks keanekaragaman Shannon Wiener lebih dari 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa di sungai dan di air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung masih dalam keadaan yang sangat baik dan belum mengalami pencemaran.



















BAB IV
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi kelimpahan bentos di suatu perairan adalah suhu, pH, kecepatan arus dan luas sungai. Terdapat banyak jenis bentos yang ditemukan di sungai dan air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung. Sehingga kualitas air di sungai dan di air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung bisa dibilang masih bagus dan belum tercemar.

5.2    Saran
Adapun saran-saran yang diberikan antara lain sebaiknya semua pihak baik pemerintah, penduduk lokal maupun pengunjung bekerjasama untuk menjaga lingkungan sungai dan air terjun alas kandung, agar keadaan suangai dan air terjun alas kandung tetap terjaga keasriannya.

















Daftar Rujukan

Arimoro, F. O & R. B. Ikomi. 2008. Ecological Integrity of Upper Warri River, Niger Delta Using Aquatic Insects as Bioindicators. Ecological Indicators.

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan.

Cranston, P. S., P. Fairweather & G. Clark. 1996. Biological Indicators of Water Quality in Indicators os Cacthment Health. A Technical. Melbourne: Csiro.

Fajri & Agustina. 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UR Press Pekanbaru. Pekanbaru.

Kartikasari, D.C. Retnaningdyah, & E. Arisoesilaningsih. 2013. Aplication of Water Quality and Ecology Indices of Benthic Macroinvertebrate to Evaluate Water Quality of Tertiary Irigation in Malang District. The Journal of Trofical Life Science.

Kratzer EB, JK Jackson, DB Arscott, AK Aufdenkampe, CL Dow, LA Kaplan, JD Newbold, BW Sweeney. 2006. Macroinvertebrate Distribution in Relation to Land Use and Water Chemistry in New York City Dringking water Supply Watersheds. Journal of North American Benthological Society.

Mayasari, I. 2011. Keanekaragaman Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skripsi. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B Saunder Company. Philadelphia.

Welch, P. S. 1952. Limnology. McGraw-Hill BookCompany. New York.













Lampiran 1
Dokumentasi
Hasil Identifikasi Bentos










[1] Kartikasari, D.C. Retnaningdyah, & E. Arisoesilaningsih. 2013. Aplication of Water Quality and Ecology Indices of Benthic Macroinvertebrate to Evaluate Water Quality of Tertiary Irigation in Malang District. The Journal of Trofical Life Science. Hal. 193-201
[2] Cranston, P. S., P. Fairweather & G. Clark. 1996. Biological Indicators of Water Quality in Indicators os Cacthment Health. A Technical. Melbourne: Csiro.
[3] Arimoro, F. O & R. B. Ikomi. 2008. Ecological Integrity of Upper Warri River, Niger Delta Using Aquatic Insects as Bioindicators. Ecological Indicators. Hal. 455-461
[4] Kratzer EB, JK Jackson, DB Arscott, AK Aufdenkampe, CL Dow, LA Kaplan, JD Newbold, BW Sweeney. 2006. Macroinvertebrate Distribution in Relation to Land Use and Water Chemistry in New York City Dringking water Supply Watersheds. Journal of North American Benthological Society, Hal. 954-976

[5] T. A. Barus, Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Darata,  (Medan: USU Press, 2004), hal. 56

[6] E.P. Odum, Fundamentals of Ecology, (Philadelphia: W.B Saunder Company, 1971), hal 574
[7] Fajri & Agustina, Penuntun Praktikum Ekologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, (Pekanbaru: UR Press Pekanbaru, 2013), hal. 34

[8] A. Nontji, Laut Nusantara,( Jakarta:Djambatan, 2002 ), hal 35
[9]Barus, 2004 di dalam I Mayasari,  Keanekaragaman Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skrips, (Banda Aceh :Universitas Syiah Kuala, 2011), hal. 15
[10] I Mayasari,  Keanekaragaman Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skripsi. (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2011), hal. 54
[11] Barus T. A, Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan, (Medan: USU Press, 2004), hal. 24

[12] P. S. Welch, Limnology, (New York: McGraw-Hill BookCompany, 1952), hal: 567

Tidak ada komentar:

Posting Komentar