STUDI
KUALITAS PERAIRAN DAN INDEKS KEANEKARAGAMAN MAKROINVERTEBRATA BENTOS DI SUNGAI
DAN AIR TERJUN ALAM KANDUNG
KABUPATEN TULUNGAGUNG
LAPORAN PRAKTIKUM KKL
Untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah Ekologi
yang
dibimbing oleh Desi Kartikasari, M.Si
![]() |
Disusun oleh Kelompok 3:
1. Putri Pramita Sari (17208153040)
2. Noviatun Nadhiroh (17208153048)
3. Afina Aninnas (17208153056)
4. Syafiq Al Faizar (17208153061)
5. Moh. Nizar Soim (17208153068)
6. Tri Nur Utami Putri (17208153073)
JURUSAN TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Desember 2016
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas pertama kali
diucapan selain ucapan syukur kepada ALLAH SWT dengan ucapan Alhamdulillahirrabil’aalamin yang mana
kita telah diberi nikmat yang luar biasa dan dengan petunjuknya sehingga kita
dapat menyelesaikan laporan KKL ekologi
tepat dengan waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan
kepada baginda nabi Muhammad SAW. serta para keluarga, sahabat, tabi’in dan
para pengikutnya dan dengan itu kita selalu menantikan syafa’atnya kelak di
hari pembalasan.
Pada kesempatan yang sangat baik ini
kami menyusun sebuah laporan KKL ekologi
di hutan alam kandung kabupaten Tulungagung
yang berjudul “STUDI KUALITAS PERAIRAN DAN INDEKS
KEANEKARAGAMAN MAKROINVERTEBRATA BENTOS DI SUNGAI DAN AIR TERJUN ALAM KANDUNG
KABUPATEN TULUNGAGUNG ”. Sebelumnya kami
mengucapkan terimakasih kepada.
1. Rektor IAIN Tulungagung Dr.
Maftukhin, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar di
kampus tercinta ini.
2. Segenap pihak pengurus hutan Alam
Kandung yang telah memberikan izin dan kesempatannya kepada kami untuk
melaksanakan kegiatan KKL Ekologi ini.
3. Dosen matakuliah Ekologi Ibu Desi Kartikasari yang telah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyusun laporan kegiatan KKL ini.
4. Teman-teman yang ikut membantu dalam
pembuatan laporan KKL ini. Dengan amanat
itu kami akan memberikan hasil yang terbaik untuk laporan KKL ini.
Penyusun
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kegiatan KKL ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk mengevaluasi laporan kegiatan KKL ini. Penyusun
berharap semoga laporan kegiatan KKL Ekologi ini dapat bermanfaat untuk
semuanya.
Tulungagung,
5 Desember 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 2
1.4 Kegunaan Penelitian..................................................................... 2
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah.......................................... 2
1.6 Definisi Operasional..................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................ 3
BAB III METODE PENELITIAN................................................... 7
1.1 Rancangan Penelitian.................................................................. 7
1.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 7
1.3 Waktu dan Tempat...................................................................... 8
1.4 Alat dan Bahan............................................................................ 8
1.5 Prosedur Kerja............................................................................. 8
1.6 Teknik Analisis Data................................................................... 9
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN.......................................... 10
BAB VI PENUTUP........................................................................... 20
6.1 Kesimpulan................................................................................... 20
6.1 Saran............................................................................................. 20
Daftar rujukan
Lampiran
DAFTAR
TABEL
Tabel 3.1 Nilai Indeks Diversitas Shannon Wiener
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Suhu
Tabel 4.3 Hasil
Pengukuran pH
Tabel 4.4 Perhitungan
Kecepatan Arus Dari Stasiun 1-6
Tabel 4.5 Hasil
Perhitungan Debit Kelompok 1-6
Tabel 4.6 Pembagian
Taksa Bentos
Tabel 4.7 Identifikasi Bentos Stasiun 3
Tabel 4.8 Nilai
Indeks Diversitas Shannon Wiener
Daftar
Gambar
Gambar 1. Grafik Hasil Pengukuran Suhu
Gambar 2. Grafik
Hasil Pengukuran pH
Gambar 3. Grafik
Hasil Perhitungan Kecepatan Arus dari Stasiun 1-6
Gambar 4. Perhitungan
Luas Sungai
Gambar 5. Grafik
Hasil Perhitungan Debit Kelompok 1-6
Gambar 6. Hasil
Pengamatan dengan Menggunakan Shannon-Wiener
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Salah satu parameter biologi yang dapat digunakan sebagai
bioindikator kualitas air adalah makroinvertebrata bentos, karena dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi fisik, kimai dan biologi suatu perairan.[1]
Makroinvertebrata bentos merupakan organisme dasar perairan yang relatif tidak
mudah bermigrasi dan memiliki kepekaan tinggi akibat pencemaran perairan,
sehingga dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik, kimia dan biologi
suatu perairan.[2]
Makroinvertebrata bentos telah digunakan secara luas dibeberapa negara sebagai
indikator biologi guna menilai status kesehatan dan integritas ekologi dari
suatu perairan, karena makroinvertebrata bentos berperan penting dalam sistem
rantai makanan.[3]
Makroinvertebrata bentos juga sensitif terhadap perubahan lingkungan dan
karakteristik habitat yang disebabkan oleh adanya aktivitas kegiatan manusia baik
secara alami maupun buatan.[4]
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Keanekaragaman Makroinvertebrata bentos di Sungai dan di Air Terjun Alas
Kandung Kabupaten Tulungagung ?
2.
Bagaimana
Kualitas Air di Sungai dan di Air Terjun Alas Kandung ?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.
Untuk
mengetahui keanekaragaman makroinvertebrata di sungai dan di air terjun Alas
Kandung Kabupaten Tulungagung.
2.
Untuk
mengetahui kualitas air di sungai dan air terjun Alas Kandung Kabupaten
Tulungagung.
1.4 Kegunaan
Penelitian
Manfaat
diadakannya penelitian ini, yaitu agar setiap mahasiswa dapat langsung terjun
kelapangan dan mempraktikkan teori yang sudah diajarkan. Sehingga mahasiswa
dapat memahami teori dasar dari pembelajaran ini. Selain itu mahasiswa dapat
mengetahui bagaimana cara meneliti perairan sehingga dapat diketahui apakah
perairan tersebut masih baik atau sudah tercemar dengan makroinvertebrata
bentos sebagai indikatornya..
1.5 Ruang
Lingkup dan Batasan Masalah
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengakaji
tentang ekologi populasi, yaitu mengakaji dan mengidentifikasi famili dan
jenis-jenis bentos yag ada di sungai dan di air terjun alas kandung.
Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran, maka
perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu;
1.
Penelitian
ditekankan pada pencarian dan identifikasi bentos.
2.
Penelitian
dilakukan di sungai dan di air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung.
1.6 Definisi
Operasional
Kualitas air adalah
tingkat kemampuan air dalam menopang kehidupan organisme yang yang ditunjukkan
oleh suhu, turbiditas, unsur terlarut, pH serta salinitas dari air tersebut.
Suhu air adalah derajat panas air yang diukur menggunakan termometer dengan
satuan bisa berupa celcius, kelvin maupun fahrenheit. Turbiditas daalah tingkat
kekeruhan air yang diukur menggunakan cakram secchi. pH adalah tingkat derajat
keasaman air dengan kisaran 0-14 yaang diukur menggunakan pH meter.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Makroinvertebrata
Bentos
Bentos adalah semua
organisme air yang hidupnya terdapat pada substrat dasar suatu perairan, baik
yang bersifat sesil (melekat) maupun vagil (bergerak bebas). Berdasarkan tempat
hidupnya, bentos dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu bentos yang hidupnya di
atas substrat dasar perairan dan infauna,yaitu bentos yang hidupnya tertanam di
dalam substrat dasar perairan. Berdasarkan siklus hidupnya bentos dapat dibagi
menjadi holobentos, yaitu kelompok bentos yang seluruh hidupnya bersifat bentos
dan merobentos, yaitu kelompok bentos yang hanya bersifat bentos pada fase-fase
tertentu dari siklus hidupnya.[5]
Menurut
hewan bentos dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh yang bisa melewati
lubang saring yang dipakai untuk memisahkan hewan dari sedimennya.
Berdasarkan
kategori tersebut bentos dibagi atas :
1. Makrozoobentos, kelompok hewan yang
lebih besar dari 1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan bentos yang terbesar, jenis
hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca, annelida, crustaceae, beberapa
insekta air dan larva dari diptera, odonata dan lain sebagainya.
2. Mesobentos, kelompok bentos yang
berukuran antara 0,1 mm -1,0 mm. Kelompok ini adalah hewan kecil yang dapat
ditemukan di pasir atau lumpur. Hewan yang termasuk kelompok ini adalah molusca
kecil, cacing kecil, dan crustaceae kecil.
3. Mikrobentos, kelompok bentos yang
berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Kelompok ini merupakan hewan yang terkecil.
Hewan yang termasuk ke dalamnya adalah protozooa khususnya cilliata.
Menyatakan bahwa hewan bentos yang
relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan
adalah jenis yang tergolong ke dalam kelompok makroinvertebrata air.
Makroinvertebrata air dikenal juga dengan istilah makrozoobentos.
Hewan ini memegang peranan penting
dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material
organik yang memasuki perairan. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor
dan detrivor dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati
dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih
kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi
produsen perairan.
Odum menyatakan makroinvertebrata air (makrozoobenthos) memegang
peranan penting dalam ekosistem perairan dan menduduki beberapa tingkatan
trofik pada rantai makanan.[6]
Kedudukan
makroinvertebrata air dalam tingkatan trofik dapat dikelompokkan menjadi:
grazers perapers merupakan herbivor pemakan tumbuhan air dan periphyton,
shredders merupakan detritivor pemakan partikel organik kasar, collector
merupakan detritivor pemakan partikel organik halus, predator merupakan
karnivor pemakan hewan lain.
Penggunaan makroinvertebrata
bentos sebagai indikator kualitas perairan dinyatakan dalam bentuk indeks
biologi. Cara ini telah dikenal sejak abad ke-19 dengan pamikiran bahwa
terdapat kelompok organisme tertentu yang hidup di perairan tercemar.
Jenis-jenis organisme ini berbeda dengan jenis-jenis organisme yang hidup di
perairan tidak tercemar. Kemudian oleh para ahli biologi perairan pengetahuan
ini dikembangkan sehingga perubahan struktur dan komposisi rganisme periran
karena berubahnyakondisi habitat dapat dijadikan indikator kualitas perairan.
Peranan bentos
di perairan:[7]
1.
Mampu mendaur ulang bahan organik.
2.
Membantu mendaur ulang mineralisasi.
3.
Menduduki posisi penting dalam rantai
makanan.
4.
Indikator pencemaran.
Kehidupan makroinvertebrata bentos juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungannya yaitu perairan. Berikut ini faktor-faktor yang
memepengaruhi kehidupan makroinvertebrata bentos diantaranya:
a.
Suhu
Tiap
organisme perairan mempunyai batas toleransi yang berbeda terhadap perubahan
suhu perairan bagi kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan. Hewan laut
misalnya hidup dalam batas-batas suhu tertentu. Ada yang mempunyai toleransi
yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euriterm. Ada pula yang toleransinya kecil disebut bersifat stenoterm. Hewan yang hidup dizone
pasang-surut dan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar
terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organism
perairan adalah antara 18-30oC.
b.
Salinitas
Salinitas merupakan gambaran jumlah
garam terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan o/oo
(per mil, garam per liter).
Tingkat salinitas pada air payau umumnya 0,5 – 17 o/oo. Ada
berbagai cara untuk menentukan salinitas, yang paling populer untuk mengukur
salinitas dengan ketelitian tinggi yaitu salinometer yang bekerjanya didasarkan
pada daya hantar listrik.[8]
c. Derajat Keasaman (pH)
Derajat
keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. pH yang
ideal bagi kehidupan organism akuatik pada umunya terdapat antara 7 – 8,5.[9]
d. Substrat
Substrat
sangat penting bagi organism yang hidup didasar perairan, baik pada air yang
diam maupun air mengalir. Substrat dapat digolongkan atas substrat lumpur,
substrat lumpur berpasir, dan substrat pasir. Pada umumnya substrat dasar yang
berlumpur lebih disenangi oleh bentos dari pada dasar yang berupa pasir.[10]
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini kami
lakukan sekali, kami meneliti aliran sungai dan air terjun alas kandung yang ada di
Tulungagung apakah tercemar atau tidak.
Dengan cara mengumpulkan beberapa subjek dari sungai dan mengidentivikasinya di Laboratorium
Jurusan Biologi dan Laboratorium PGMI IAIN Tulungagung.
3.2
Populasi dan Sampel
Populasi: seluruh jenis makroinvertebrata bentos yang
terdapat di sungai dan air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung.
Sampel: sampel dalam penelitian ini
adalah beberapa jenis makroinvertebrata bentos yang dapat tertangkap di antara
batu-batuan, kerikil. Titik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
secara subyektif yaitu pengambilan dilakukan pada bawah air terjun yang
merupakan habitat makroinvertebrata bentos. Pengambilan sampel
makroinvertebrata bentos dilakukan dengan menggunakan metode tangkap segera (immediate sampler). Metode analisisnya berupa analisis ex situ (di
laboratorium) dan analisis in situ (di air terjun). Sampel makroinvertebrata bentos pada tiap stasiun (dua stasiun) dan
plot (tiga plot pada tiap stasiun) yang telah ditentukan dengan menggunakan
alat jaring Surber dengan cara meletakkan bagian frame foot dari jala
tersebut dengan arah menetang arus. Sampel yang diperoleh kemudian
ditampung kedalam piring atau nampan,
selanjutnya di sortir dan dipisahkan dari sampah serta kotoran yang terikut.
Setelah diperoleh sampel dilakukan pendataan dan pengambilan dokumentasi
menggunakan foto. Pengambilan sampel dimulai pada saat pagi hari sampai
menjelang siang hari.
3.3 Waktu dan Tempat
Kegiatan
praktikum pengambilan sampel dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 29 Oktober
2016 pukul 06:00 – 17:00 WIB, bertempat di air terjun Alas Kandung,
identifikasi dilaksanakan pada hari minggu tanggal 30 Oktober 2016 pukul 09:00
– 13:30 WIB bertemapat di Laboratorium Jurusan Biologi dan Laboratorium Jurusan
PGMI.
3.4 Alat dan
bahan
Alat yang digunakan yaitu:
Stop Watch
(kecepatan arus), roll meter (lebar saluran kedalaman), gabus atau steorofom
(kecepatan arus), pH meter digital, termometer biasa (suhu), jala atau jaring
surber, nampan plastik, piring plastik, kuas lukis kecil, botol sampel atau
plakon, botol air mineral, kertas label, plastik dan karet gelang, lup dan
mikroskop stereo.
Bahan yang digunakan yaitu:
Larutan formalin, aquades, alkohol
70% dan buku kunci identifikasi.
3.5 Prosedur
Kerja
1.
Mengambil
sampel makroinvertebrata bentos pada tiap stasiun (dua stasiun) dan plot (tiga
plot pada tiap stasiun) yang telah ditentukan dengan menggunakan alat jaring.
Surber dengan cara meletakkan bagian frame foot dari jala tersebut
dengan arah menetang arus.
2.
Substrat yang
terdapat didalam frame foot diaduk-aduk dengan tangan secara hati-hati,
sehingga organisme bentos yang melekat di batu-batuan ataupun kerikil terbilas,
hanyut, dan tertampung di jaring Surber dan organisme yang melekat pada
bebatuan diambil dengan cara disisir secara hati-hati dengan menggunakan kuas.
3.
Sampel yang
diperoleh kemudian ditampung kedalam piring dan nampan, selanjutnya disortir
dan dipisahkan dari sampah serta kotoran yang terikut.
4.
Kemudian
diawetkan dengan menggunakan formalin 4% atau alkohol 7% dan diamati dengan
menggunakan lup, mikroskop stereo serta dilakukan identifikasi.
5.
Identifikasi
bentos dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi menurut Jutting (1956);
Edmondson (1959); Quigley (1977); Ristiyanti dkk (2011).
6.
Setelah
diperoleh sampel dilakukan pendataan dan pengambilan dokumentasi menggunakan
foto. Pengambilan sampel dimulai pada saat pagi hari sampai menjelang siang
hari.
3.6 Teknik
Analisa Data
Analisa
keanekaragaman makroinvertebrata bentos pada setiap lokasi pengambilan sampel
dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dengan rumus:
H’=

Keterangan:
H’ = Indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi =
Proporsi spesies ke-i terhadap jumlah total
s = jumlah total spesies di dalam komunitas
Menurut Lee, (1987) indeks diversitas dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran suatu perairan seperti Tabel 3.1
di bawah ini
Tabel 3.1 nilai indeks diversitas Shannon Wiener
Nilai Indeks Diversitas
|
Tingkat Pencemaran
|
2,0
|
Belum tercemar
|
2,0-1,6
|
Tercemar ringan
|
1,5-1,0
|
Tercemar sedang
|
<1,0
|
Tercemar berat
|
(Sumber: Lee, 1987 )
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
Kehidupan suatu makhluk hidup tentu dipengaruhi oleh
faktor biotik dan faktor abiotik, begitu juga dengan kelangsungan hidup
makroinvertebrata bentos. Untuk itu pada praktikum kali ini juga diamati
bagaimana faktor abiotik yang mempengaruhi kelangsungan hidup makroinvertebrata
bentos di sungai dan air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung. Berikut
akan disajikan beberapa grafik mengenai keadaan suhu, pH, kecepata arus, debit
dan indeks diversitas Shannon-Wiener yang ada di stasiun 1-6.
1. Suhu
Tabel 4.2 merupakan hasil pengukuran suhu
|
plot
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
Suhu ( ˚C )
|
29
|
28
|
29
|
29
|
29
|
28
|
Hasil pengukuran temperatur air dilakukan dengan
menggunakan thermometer, dari stasiun 1
hingga stasiun 3
pengukuran suhu
berkisar antara 28 ̊C hingga 29 °C. Kondisi temperatur air sungai dan air
terjun alas kandung kabupaten Tulungagung menunjukkan kisaran suhu yang cukup tinggi karena pengamatan
dilakukan pada saat terik matahari.
Gambar 1 merupakan grafik hasil pengukuran suhu

Tinggi
rendahnya nilai temperatur suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan
organisme air termasuk bentos. Tingginya nilai temperatur dapat mempengaruhi
jumlah, jenis, dan persebaran bentos dalam suatu ekosistem. Peningkatan suhu akan menyebabkan
konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan
meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Sumber utama oksigen terlarut dalam
air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air
dan udara dan dari proses fotosintesis.[11]
2. pH
Pengukuran pH yang didapat dari sungai alas
kadung dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.3 merupakan hasil pengukuran pH
|
Plot
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
pH
|
7,3
|
7,3
|
8,1
|
8,1
|
8
|
7,9
|
Perairan
yang memiliki kadar pH ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya
berkisar antara 7 sampai 8,5. Hasil pengukuran pH air sungai dan air
terjun alas kandung kabupaten Tulungagung pada stasiun 1 sampai stasiun 6
berkisar pada pH 7-8,5 berarti ini menunjukan kondisi
perairan yang ideal sehingga bisa berdampak positif pada kelangsungan
hidup bentos dan organisme air lainnya. Berikut disajikan grafik pengukuran pH
yang ada di air sungai dan air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung.
Gambar 2 merupakan grafik hasil pengukuran pH

Pengukuran derajat keasaman air (pH) dilakukan dengan menggunakan pH-meter. Kandungan pH dalam suatu perairan
dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air.
Derajat keasaman suatu perairan juga sangat menentukan kelangsungan hidup
organisme dan merupakan resultan sifat kimia, fisika perairan.[12]
3.
Kecepatan
arus
Kecepatan arus diperoleh dari perhitungan menggunakan
rumus:
|
Keterangan, v =
kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
m = jarak yang ditempuh (m)
dengan rumus di atas didapatkan kecepatan arus dari seluruh stasiun yang
disajikan dalam tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.4 merupakan perhitungan kecepatan arus dari
stasiun 1-6
|
Plot
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
Kecepatan
(m/s)
|
0,7
|
0,4
|
2
|
3,139
|
0,8
|
0,2
|
Gambar 3, merupakan grafik perhitungan kecepatan arus
dari stasiun 1-6

Berdasarkan
grafik 3 menunjukkan bahwa kecepatan arus dalam setiap stasiun berbeda, kecepatan
arus pada stasiun 4 sangat tinggi dan kecepatan arus terendah terletak pada
stasiun 3. Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh lebar sungai. Selain itu, kecepatan
arus dipengaruhi oleh perbedaan hilir dan hulu badan air, semakin tinggi
perbedaan ketinggian (elevasi), maka akan semakin kuat. Kecepatan arus akan
mempengaruhi komposisi substrat dasar (sedimen) dan juga akan mempengaruhi
aktivitas makroinvertebrata bentos yang ada. Kecepatan arus merupakan salah
satu faktor penentu kemelimpahan dan keanekaramana makroinvertebrata bentos. Perairan yang relatif tenang dan
banyak ditumbuhi tumbuhan air biasanya banyak ditemukan kelompok Molusca
sedangkan perairan dengan arus kuat atau jeram banyak ditemukan
makroinvertebrata bentos dari kelompok Insekta dan Hirudinae.
4.
Debit
|
|




![]() |
Gambar 4 merupakan perhitungan luas sungai
Q1= 2,5 x 0,8 =
2 D = Q x v
Q2 = ½ (2,5 x 0,2) = 0,25 =
4,38 x 20
Q3 = 2,5 x 0,7 =
1,75 = 87,6
dm3/dt

4,38
Hasil pengukuran luas sungai yang dijadikan sampel ialah 4,
38 dm yang dipengaruhi juga oleh kecepatan arus sungai. Semakin lebar sungai
maka kecepatan arus sungai juga semakin berkurang. Pada stasiun 3 kecepatan
arus sebesar (20 dm/dt) menujukkan bahwa arus yang ada di sungai dan di air
terjun alas kandung kabupaten Tulungagung sangat deras.
Tabel 4.5 hasil perhitungan debit
kelompok 1-6
No.
|
Plot
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
Debit
|
24,897
|
21,35
|
87,6
|
116,53
|
98,67
|
22,625
|
Gambar 5
merupakan grafik hasil perhitungan debit kelompok 1-6

Dari penyajian data di atas, debit tertinggi terdapat di
daerah stasiun 4 dan debit terendah berada di stasiun 2. Selain curah hujan
debit air juga dipengaruhi oleh aliran air yang masuk ke dalam sungai yang
membawa bahan terlarut akibat erosi pada suatu badan air. Selain itu kecepatan
arus juga dapat mempengaruhi debit air.
5.
Indeks
diversitas Shannon-Wiener
Indeks diversitas
atau indeks keanekaragaman bentos dihitung dengan menggunakan rumus Shannon
Wiener:
H’=


Keterangan:
H =
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi =
Proporsi spesies ke-i terhadap jumlah total
s = jumlah total spesies di dalam komunitas
Didapatkan hasil perhitungan yang disajikan dalam tabel
pembagian taksa dan grafik dibawah ini. Tabel 4.6
pembagian taksa bentos
Dari tabel taksa di atas dapat ketahui bahwa di sungai
dan air terjun alas kandung keanegaraman bentos masih sangat tinggi dibuktikan
dengan ditemukannya spesies bentos yang diklasifikasikan dalam tingkat famili, seperti gastropoda,
ephemeroptera, plecoptera, trichoptera, diptera, hemiptera, odonata, crustacea
dan coleoptera.
Berikut ini akan disajikan tabel identifikasi bentos dari
kelompok 3.
Tabel 4.7 merupakan
identifikasi bentos stasiun 3
No.
|
Famili
(jenis)
|
Jumlah
|
1.
|
Ephemeroptera (Baetidae)
|
3
|
2.
|
Ephemeroptera (Siphlonuridae)
|
1
|
3.
|
Plecoptera (Chloroperlidae)
|
2
|
4.
|
Plecoptera (Perlidae)
|
1
|
5.
|
Plecoptera (Perliodidae)
|
2
|
Dari tabel
taksa di atas, dapat disajikan dengan grafik berikut ini,
Gambar 6 merupakan grafik hasil
pengamatan dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener

Berdasarkan
grafik 5, terlihat nilai indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun 3 dan
terendah stasiun 4. Dilihat dari Lee, (1987) indeks diversitas dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat pencemaran suatu perairan seperti Tabel 4.6 di bawah ini
Tabel 4.8 nilai indeks diversitas Shannon Wiener
Nilai Indeks Diversitas
|
Tingkat Pencemaran
|
2,0
|
Belum tercemar
|
2,0-1,6
|
Tercemar ringan
|
1,5-1,0
|
Tercemar sedang
|
<1,0
|
Tercemar berat
|
(Sumber: Lee, 1987 )
Dilihat dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa di
sungai dan di air tejun alas kandung kabupaten Tulungagung masih dalam keadaan
baik dan belum tercemar karena dari stasiun 1 sampai stasiun 6 indeks
keanekaragaman Shannon Wiener lebih dari 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa di
sungai dan di air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung masih dalam keadaan
yang sangat baik dan belum mengalami pencemaran.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Faktor yang
mempengaruhi kelimpahan bentos di suatu perairan adalah suhu, pH, kecepatan
arus dan luas sungai. Terdapat banyak jenis bentos yang ditemukan di sungai dan
air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung. Sehingga kualitas air di sungai
dan di air terjun alas kandung kabupaten Tulungagung bisa dibilang masih bagus
dan belum tercemar.
5.2 Saran
Adapun
saran-saran yang diberikan antara lain sebaiknya semua pihak baik pemerintah,
penduduk lokal maupun pengunjung bekerjasama untuk menjaga lingkungan sungai
dan air terjun alas kandung, agar keadaan suangai dan air terjun alas kandung
tetap terjaga keasriannya.
Daftar Rujukan
Arimoro, F. O & R. B.
Ikomi. 2008. Ecological Integrity of
Upper Warri River, Niger Delta Using Aquatic Insects as Bioindicators.
Ecological Indicators.
Barus, T. A. 2004. Pengantar
Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan.
Cranston, P. S., P. Fairweather
& G. Clark. 1996. Biological
Indicators of Water Quality in Indicators os Cacthment Health. A Technical.
Melbourne: Csiro.
Fajri & Agustina. 2013. Penuntun
Praktikum Ekologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UR Press
Pekanbaru. Pekanbaru.
Kartikasari, D.C.
Retnaningdyah, & E. Arisoesilaningsih. 2013. Aplication of Water Quality
and Ecology Indices of Benthic Macroinvertebrate to Evaluate Water Quality of
Tertiary Irigation in Malang District. The
Journal of Trofical Life Science.
Kratzer EB, JK Jackson, DB
Arscott, AK Aufdenkampe, CL Dow, LA Kaplan, JD Newbold, BW Sweeney. 2006. Macroinvertebrate Distribution in Relation
to Land Use and Water Chemistry in New York City Dringking water Supply
Watersheds. Journal of North American Benthological Society.
Mayasari,
I. 2011. Keanekaragaman Makrozoobentos di
Ekosistem Mangrove Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skripsi. Universitas Syiah
Kuala. Banda Aceh.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara.
Djambatan. Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of
Ecology. W.B Saunder Company. Philadelphia.
Welch, P. S. 1952. Limnology. McGraw-Hill BookCompany. New
York.
Lampiran 1
Dokumentasi
Hasil Identifikasi Bentos


[1]
Kartikasari, D.C. Retnaningdyah, & E.
Arisoesilaningsih. 2013. Aplication of Water Quality and Ecology Indices of
Benthic Macroinvertebrate to Evaluate Water Quality of Tertiary Irigation in
Malang District. The Journal of Trofical
Life Science. Hal. 193-201
[2]
Cranston, P. S., P. Fairweather & G. Clark. 1996. Biological Indicators of Water Quality in
Indicators os Cacthment Health. A Technical. Melbourne: Csiro.
[3]
Arimoro, F. O & R. B. Ikomi. 2008. Ecological Integrity of Upper Warri River,
Niger Delta Using Aquatic Insects as Bioindicators. Ecological Indicators.
Hal. 455-461
[4]
Kratzer EB, JK Jackson, DB Arscott, AK Aufdenkampe, CL
Dow, LA Kaplan, JD Newbold, BW Sweeney. 2006. Macroinvertebrate Distribution in Relation to Land Use and Water
Chemistry in New York City Dringking water Supply Watersheds. Journal of
North American Benthological Society, Hal. 954-976
[5]
T. A. Barus, Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem
Air Darata, (Medan: USU Press, 2004),
hal. 56
[7] Fajri &
Agustina, Penuntun Praktikum Ekologi
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, (Pekanbaru: UR Press
Pekanbaru, 2013), hal. 34
[9]Barus, 2004 di dalam I Mayasari, Keanekaragaman
Makrozoobentos di Ekosistem Mangrove Iboih
Sabang Provinsi Aceh. Skrips, (Banda Aceh :Universitas Syiah Kuala, 2011), hal. 15
[10]
I Mayasari, Keanekaragaman Makrozoobentos di
Ekosistem Mangrove Iboih Sabang Provinsi Aceh. Skripsi. (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2011), hal. 54
[11] Barus T. A, Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem
Air Daratan, (Medan: USU Press,
2004), hal. 24
[12]
P. S. Welch, Limnology,
(New York: McGraw-Hill BookCompany, 1952), hal: 567
Tidak ada komentar:
Posting Komentar