BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Dunia pendidikan
merupakan salah satu bidang dalam kehidupan yang begitu besar manfaatnya.
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan
signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang
awam dan kaku menjadi lebih modern. Melalui pendidikan peserta didik dapat
memperoleh pengetahuan yang dapat menunjang dan menyelesaikan berbagai
permasalahan yang dihadapinya dalam proses pendidikan. Pendidikan merupakan suatu
proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin
terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam
dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan
masyarakat. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang
mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh
sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu
yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga
Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama melalui
proses belajar.[1]
Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
intraksi dengan lingkungan. Selanjutnya belajar adalah berubah, dalam hal ini
yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan
membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pegetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku
pribadi seseorang. Seseorang akan berhasil dalam belajar apabila pada dirinya
sendiri ada keinginan untuk belajar, inilah prinsip dan hukum pertama dalam pendidikan
dan pengajaran. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah
adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Mengajar
dan belajar adalah dua istilah yang memiliki satu makna yang tidak dapat
dipisahkan. Mengajar adalah suatu aktivitas yang dapat membuat siswa belajar.
Keterkaitan mengajar dan belajar di istilahkan sebagai “menjual dan membeli”.
Artinya, seseorang tidak mungkin akan menjual manakala tidak ada orang yang
membeli, yang berarti tidak akan ada perbuatan mengajar manakala tidak membuat
seseorang belajar. Dengan demikian, dalam istilah mengajar juga terkandung
proses belajar siswa. Proses belajar akan berjalan lancar apabila adanya minat.
Siswa memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Proses belajar mangajar merupakan
proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia yakni siswa sebagai pihak
yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai subjek
pokoknya. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar.[2]
Dalam usaha
mencapai tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi)
belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar. Mengajar
diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau
dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling memengaruhi. Komponen-koponen
itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin
diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial
tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar
yang tersedia.[3]
Hasil wawancara
yang peneliti lakukan di MA Abdulloh Mojo Kediri bahwa permasalahan dalam
pelajaran biologi diantaranya adalah: Siswa banyak yang tidak memperhatikan
penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa kurang aktif dalam
proses KBM yang ditandai dengan jarangnya siswa yang bertanya dan lebih banyak
diam ketika ditanya. Hal itu terjadi karena guru lebih sering menggunakan
metode ceramah dalam KBM yang membuat kurangnya partisipasi aktif peserta didik. Murid hanya mendengarkan dan
mencatat apa yang disuruh guru, sehingga minat terhadap pelajaran menjadi kurang
dan banyak nilai siswa yang di bawah KKM yang di tentukan sekolah yaitu 75 dengan
ketuntasan klasikal 63,88%.
Masalah di atas
dapat diatasi dengan banyak cara yang dapat diterapkan guru dalam mengajar yang
dapat meningkatkan keaktifan, minat dan pemahaman siswa dalam belajar, salah
satunya adalah pembelajaran inkuiri terbimbing. Guru sebagai fasilitator dan
motivator dalam mengoptimalkan proses belajar siswa, harus dapat memilih suatu pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
Pembelajaran inkuiri
terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan
inkuiri. Dengan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) ini siswa
belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa
dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan
dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui
diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan
menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Selain itu pembelajaran inkuiri ini
memiliki beberapa keunggulan dibandingkian dengan jenis pembelajaran yang
lainnya. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan
pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang ditanyakan. Proses
berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antar guru dan
siswa.[4]
Keunggulan dari pembelajaran
inkuiri yaitu, pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga strategi pembelajaran ini
dianggap lebih bermakna, memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka, dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman dan pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.[5]
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan
Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Siswa Kelas X IPA 1 MA Abdulloh
Mojo Kediri Tahun Ajaran 2016-2017”.
2.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka masalah yang teridentifikasi adalah sebagai
berikut:
1)
Siswa
sulit memusatkan perhatian dalam menerima materi pembelajaran
2)
Metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam
proses pembelajaran kurang bervariasi, guru hanya menggunakan metode ceramah
saja di setiap proses pembelajaran
3)
Siswa
kurang berminat dalam pembelajaran biologi
4)
Pencapaian
hasil belajar siswa secara klasikal 63,88% berada di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 75.
3.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1)
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada mata pelajaran IPA Biologi yang terdiridari 2 siklus
dengan rincian sebagai berikut:
Siklus
I 1.1). Memahami saling ketergantungan
dalam ekosistem, 1.2). Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen
ekosistem, dan Siklus II pada 1.3) Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman
makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem.
2)
Penilaian
pencapaian hasil belajar siswa (PHBS) terdiri dari:
a)
Nilai
diperoleh dari nilai pretest dan nilai post test
4.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimanakah hasil belajar biologi siswa Kelas X IPA 1 MA Abdulloh
Mojo Kediri Tahun Ajaran 2016/2017 setelah penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing ?”
5.
Tujuan
dan Manfaat Penelitian
5.1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil
belajar biologi siswa Kelas X IPA 1 MA Abdulloh Mojo Kediri Tahun Ajaran
2016/2017 melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.
5.2. Manfaat penelitian
Penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi :
1)
Siswa,untuk
meningkatkan minat danhasil belajar biologi siswa melalui penerapan pembelajaran
inkuiri terbimbing.
2)
Guru,
lebih meningkatkan kualitas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
3)
Sekolah,
sebagai masukan untuk lebih meningkatkan mutu tenaga pendidik dan mutu sekolah
4)
Penulis,
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar.
6.
Definisi
Istilah Judul
Untuk
menghindari terjadi kesalahan pemahaman terhadap pengertian judul penelitian
ini, perlu penjelasan istilah yang digunakan yaitu :
Inkuiri
terbimbing (guided Inquiry) yaitu inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu
diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan
tahap-tahap pemecahannya. Model inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa
yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.
Minat adalah suatu
rasa suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan
yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat
terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.
Hasil belajar
adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman
belajar dalam suatu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi
sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa
sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi
dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
1.
Teori
Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas malalui
konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep
atau kaidah yang siap untuk diambil dan di ingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Konstruktivisme
merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu
tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang
ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif
melalui kegiatan seseorang.
Asumsi penting
dari kontruktivisme adalah situated cognition (kognisi yang ditempatkan).
Konsep ini mengacu pada ide bahwa pemikiran selalu ditempatkan atau
disituasikan dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang.
Pengetahuan diletakkan dan dihubungkan dengan konteks di mana pengetahuan
tersebut dikembangkan. dalam konstruktivisme pembelajaran harus dikemas menjadi
proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam
proses belajar danmengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru. Dalam
pandangan konstruktivisme “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh karena itu,
tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
1)
Menjadikan
pengetahuan bermakna danrelevan bagi siswa.
2)
Memberi
kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
3)
Menyadarkan
siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Keunggulan penggunaan
pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah yaitu:
1)
Pembelajaran
berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
sebagai gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan
penjelasantentang gagasannya.
2)
Pembelajaran
berdasarkan konstruktivisme memberikan pengalaman yang berhubungan dengan
gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan sesuai dengan gagasan
awal siswa agar memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki
kesempatan untuk merangkai fenomena sehingga siswa terdorong untuk membedakan
dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3)
Pembelajaran
berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan untuk berfikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berfikir kreatif, imajinatif,
mendorong refleksi tentang model dan teori, pengenalan gagasan pada saat tepat.
4)
Pembelajaran
berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik yangtelah dikenalmaupunyang baru dan
akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5)
Pembelajaran
konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka
setelah meyadari kemajuan mereka serta memberikesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6)
Pembelajaran
konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung
siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak dan menghindari kesan selalu ada
jawaban yang benar.[6]
2.
Paradigma
Pembelajaran IPA Biologi
IPA adalah suatu
kumpulan teoritis yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti
observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur dan sebagainya. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan
sehari-hari.
Mata pelajaran
biologi sebagai bagian dari bidang sains, menuntut kompetensi belajar pada
ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif. Pemahaman merupakan perangkat
standar program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat
menghantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan.
Sedangkan kompetensi seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan dijadikan
titik tolak dari kurukulum berbasis kompetensi. Dengan demikian pemahaman
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam belajar biologi. Belajar
untuk pemahaman dalam bidang biologi harus dipertimbangkan oleh para pendidik
dalamrangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan mata pelajaran biologi.
Pelajaran
biologi merupakan pelajaran sains yang masih banyak salah paham dalam
mengartikannya. Mereka sebagian besar mengatakan pelajaran biologi adalah
pelajaran hafalan, jadi tidak perlu susah payah untuk belajarnya. Imagetersebut
datang bukan hanya dari kalangan praktisi di luar pelajaran IPA, tapi juga
datang dari praktisi IPA sendiri yang kurang paham hakikat pembelajaran IPA
khususnya Biologi. Jika peserta didik terbawa oleh paradigma “biologi adalah
pelajaran hafalan”, maka akibatnya sangat fatal, antara lain: pembelajaran
biologi menjadi jalan di tempat, logika sains yang di miliki biologi menjadi
statis dan perkembangan biologi menjadi berhenti karena pembelajaran biologi
disampaikan secara monoton danletter luxharus sesuai dengan bahasa buku.
Agar pembelajaran
IPA tidak menjadi pelajaran hafalan maka guru harus menerapkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1)
Guru
harus menyadari bahwa belajar biologi bukan sekedar menghafal, tetapi harus
pandai mengaitkan satu topik terdahulu dengan topik yang akan datang, hingga
membentuk pemahaman yang komprehensif.
2)
Siswa
harus dilatih melakukan analisa dan bahasa yang tidak teks book tetapi bebas
menggunakan bahasa yang logis dan sesuai dengan substansi materi.
3)
Siswa
jangan dibatasi pada materi yang ada di buku saja tetapi harus di hubungkan
dengan biologi nyata sesuai konteks dan materi yang dipelajari.
4)
Pembelajaran
harus interaktif.
5)
Penilaian
harus objektif dan kontinyu.[7]
3.
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Pembelajaran
inkuiri adalah pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan
mendorong guru siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan siswa untuk menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Inkuiri
merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Model pembelajaran inkuiri
merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa
menjadi aktif belajar. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan
keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah ilmiah.
Pembelajaran inkuiri
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaranyang responsife. Pada langkah ini guru
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Kemudian guru
merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah
orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan siswa tergantung
pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan
masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin proses pembelajaran akan
berjalan dengan lancar.
2)
Merumuskan
Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkahmembawa siswa
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah
itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Prosesmencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh
sebab melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui masalah dalam berpikir.
3)
Merumuskan
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu di
uji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya
sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari
kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari
suatu permasalahan.
4)
Mengumpulkan
Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring
informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar tetapi juga membutuhkan ketekunan
dan kemampuan menggunakanpotensi berpikirnya.
5)
Menguji
Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menemukan jawaban
yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis jugaberarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan
hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6)
Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.[8]
Inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur. Inkuiri terbimbing biasanya digunakan
terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak,
yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri
arah dan tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahn yang
disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan
langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS). Oleh sebab itu, LKS dibuat khusus agar dapat membimbing
siswa dalam melakukan kegiatan percobaan sehingga dapat menyimpulkan kegiatan
percobaan dalam rangka menjawabproblematau masalah.
Ada beberapa keunggulan dan kelemahan strategi
pembelajaran inkuiri. Beberapa keungggulan tersebut adalah:
1)
Merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi
ini dianggap lebih bermakna.
2)
Dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3)
Merupakan
strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
4)
Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Disamping
keunggulan strategi pembelajaran inkuiri juga memiliki kelemahan, yaitu:
1)
Digunakan
sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
2)
Strategi
ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3)
Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4)
Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan-kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
4.
Hasil
Belajar
Belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Selanjutnya hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan yang
menghasilkan perubahan dari diri individu yang belajar. Selanjunya bahwa dari
proses belajar mengajar ini akan diperoleh hasil, yang pada umumnya disebut
hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar.
Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus
dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Hasil
belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan
tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian tugas utama guru dalamkegiatan
ini adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data tentang
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus
berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh
siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan
kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Ada tiga aspek yang meliputi hasil
belajar:
1)
Aspek
kognitif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2)
Aspek
afektif, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan sikap atau tingkah
laku siswa, seperti perhatian terhadap pelajaran, displin, motivasi belajar dan
menghargai guru serta teman sekelas.
3)
Aspek
psikomotorik, merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan
serta kemampuan bertindak.
Selanjutnya faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor
internaldan faktor eksternal. Faktor internaladalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada
diluar individu.
1)
Faktor
internal (faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar) meliputi faktor jasmani
dan psikologi:
a)
Faktor
jasmani terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh.
b)
Faktor
psikologi terdiri dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan
dan kesiapan.
c)
Faktor
kelelahan (jasmani dan rohani).
2)
Faktor
eksternal(faktor yang berasal dari luar individu) yakni:
a)
Faktor
keluarga, berupa cara orang tua mendidik, interaksi antara anggota keluarga,
rumah dan keadaan ekonomi keluarga.
b)
Faktorsekolah,
mencakup metode mengajar, kurikulum, reaksi guru dengan siswa, reaksi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran, dan alat pembelajaran.
c)
Faktor
masyarakat, pengaruh terjadi karena keberadaan siswa itu sendiri dimasyarakat.[9]
5.
Hubungan
Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar
Keberhasilan
pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar ialah proses pengajaran
yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara
proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk
menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari
pengajaran itu. Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku
dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan baik
yangbersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif). Hasil belajar yang optimal dalam belajar
mengajar akan tercapai apabila seorang guru dapat menguasai dan menerapkan
suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa sehingga dapat
menarik minat, kreativitas, serta motivasi siswa dan nantinya akan berpengaruh
terhadap hasil belajar. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah inkuiri
terbimbing. Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktifdalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini
digunakan bagi siswayang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan
dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
Model inkuiri merupakan pengajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pengajaran
ini siswa jadi aktif belajar. Tujuan model inkuiri adalah mengembangkan
keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara
ilmiah. Strategi pembelajaran inkuiri adalah serangkaian kegiatan
pembelajaranyang menekankan pada proses berfikir kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Bila
dilihat dari cirri-ciri strategi pembelajaran inkuiri ini dapat menarik minat
siswa, sebab dengan pembelajaran inkuiri siswa dapat mengemukakan pendapat
dengan leluasa dari pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang diperoleh
siswa lebih tahan lama dan mudah untuk diingat karena pembelajaran ini berpusat
pada siswa. Akibatnya minat belajar siswa menjadi meningkat. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang akan dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya
karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak
memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan
belajar. Oleh sebab itu bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan mudah
dipelajari dan disimpan. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai
dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara:
1)
Adanya
suatu kebutuhan,
2)
Dengan
persoalan masa lampau,
3)
Memberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4)
Mengunakan
variasi dalam mengajar.
Oleh karena itu,
peneliti menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap minat dan
hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran inkuiri merupakan
salah satu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Sehingga,
siswa akan berminat untuk belajar biologi. Untuk meningkatkan minat dan hasil
belajar biologi siswa, maka dibutuhkan kecakapandan keterampilan guru dalam
mengembangkan pengetahuan siswa. Keterampilan itu antara lain, menggunakan model
pembelajaran, metode, menguasai bahan pelajaran dan memiliki kemampuan dalam
pemecahan masalah biologi. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan mengalami sendiri kemudian
member makna pada pengetahuan itu, pada proses pembelajaran ini, siswa aktif
dalam membangun pengetahuanya. Adapun cara yang dilakukan guru untuk
mengaktifkan siswa adalah: memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk
bertanya dan memberi kesempatan untuk mengemukakan ide. Hal ini akan
memungkinkan bertambahnya wawasan yang dimiliki siswa dan akan menimbulkan minat
yang tinggi dalam diri siswa terhadap pelajaran. Belajar dengan minat akan
mendorong siswa belajar lebih baik dari pada tanpa minat. Dengan demikian,
siswa mampu menerapkan pengalamanya belajarnya dalam memecahkan masalah yang
dihadapkan kepadanya dan dapat meningkatkan minat belajar biologi siswa.
Sehingga, siswa akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Namun minat
tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil. Berdasarkan
hal di atas faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa baik itu
faktor dari dalam, luar, maupun instrumen yang paling utama adalah minat,
motivasi, dan guru. Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan
siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalahyang
dihadapi kelak dimasyarakat. Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi
yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi
pembelajaran pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk aktif dan juga menyenangkan dalam proses belajar
mengajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri. Model
pembelajaran inkuiri ini khusus dirancang hanya untuk mata pelajaran biologi
dan dalam beberapa hasil penelitian telah terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.[10]
6.
Penelitian
Yang Relevan
Untuk memperkuat
penelitian ini, penulis merujuk beberapa referensi yaitu berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh: Liza Herniati (2010) disimpulkan bahwa metode
penemuan terbimbing dalam pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan minat
belajar biologi siswa kelas VIII 4 SMPN 8 Kediri. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan persentase minat dari 63,46% dengan kategori minat cukup
baik (sebelum PTK) hingga mencapai 72,74% dengan kategori minat sangat baik
(setelah PTK).[11] Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Hindun Syarifah (2011) diketahui bahwa penerapan
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) dengan menggunakan handout dapat
meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIII 3 di SMPN 2 Kediri yaitu
dengan perolehan nilai daya serap pada siklus I yaitu 75,19% dengan ketuntasan
klasikal siklus I sebesar 66,66% dan nilai daya serap pada siklus II yaitu
81,5% dengan ketutasan klasikal sebesar 88,88%.[12] Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh
Hotriama Silalahi (2012) disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar biologi. Hal ini di buktikan dengan
adanya perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa setelah menerapkan
pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I memperoleh daya serap PPK 76,22%
kategori baik dan daya serap pada siklus II dengan rata-rata 78,92% kategori
baik. Dimana ketuntasan belajar pada siklus I 80% dengan kategori baik dan
siklus II adalah 90% dengan kategori sangat baik.[13]
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
Metode sebagai usaha untuk menemukan mengembangkan, dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan, agar sebuah karya ilmiah (dari suatu
penelitian) dapat mencapai apa yang diharapkan dengan tepat dan terarah dengan menggunakan
metode ilmiah. Sedang metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang
dihadapi.
Group
|
Pre-test
|
Treatment
|
Post-test
|
Eksperimen
|
O1
|
X
|
O2
|
Kontrol
|
O3
|
-
|
O4
|
Keterangan :
O1 dan
O3 :
Hasil belajar kedua kelompok dengan menggunakan pre-test
O2 :
Hasil belajar kelompok siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode
inkuiri
O4 : Hasil belajar siswa yang tidak
diberi pembelajaran dengan metode inkuiri
atau menggunakan strategi pembelajaran konvensional
X :
Treatment. Kelompok atas sebagai kelompok eksperimen diberi treatment, yaitu
pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri. Sedangkan kelompok bawah yang
merupakan kelompok kontrol, pembelajaran tidak menggunakan metode inkuiri.
Dalam desain ini
terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol sebelum melakukan penelitian melakukan pretest terlebih dahulu
1.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan di kelas X IPA 1 MA Abdulloh Tahun Ajaran 2016/2017. Pengambilan
data penelitian akan dimulai dari tanggal 26 September 2016 sampai tanggal 10
Oktober 2016.
2.
Subjek
Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA 1 MA Abdulloh Tahun Ajaran
2016/2017 yang berjumlah 36 orang, terdiri dari 20 orang siswa perempuan dan 16
orang siswa laki-laki dengan kemampuan akademik yang heterogen. Dasar
pengambilan siswa kelas X IPA 1sebagai subjek penelitian karena minat dan hasil
belajar kelas X IPA 1 yang tidak tuntas 63,88% dalam belajar dengan KKM 75.
3.
Prosedur
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.1 Tahap Persiapan
1)
Mempersiapkan
instrumen penelitian berupa perangkat pembelajaran guru yang terdiri dari:
a)
Standar
isi
b)
Silabus
c)
RPP
d)
Buku
siswa, LKPD/ Lembar Kerja Peserta Didik.
e)
Tes
(alat evaluasi untuk mengukur kemampuan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran)
2)
Mempersiapkan
lembar angket minat belajar siswa
3)
Menentukan
kelas penelitian yaitu kelas X IPA 1 MA Abdulloh Tahun Ajaran 2016-2017.
4)
Menentukan
jadwal penelitian setiap hari selasa (13.00-15.00 WIB) dan sabtu (13.00-14.20
WIB)
5)
Menetapkan
materi pembelajaran yaitumenetapkan materi pelajaran yang disajikan, yaitu
ekosistem dan keanekaragaman hayati.
6)
Membentuk
kelompok siswa yaitu sebelum memulai pembelajaran inkuiri terbimbing, terlebih
dahulu dibentuk kelompok belajar yang terdiri atas 5-6orang. Kelompok dibentuk
berdasarkan tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin.
7)
Menetapkan
skor individu yaitu yang diambil dari ulangan harian (daya serap siswa sebelum
PTK).
3.2. Tahap
Pelaksanaan Tabel
Langkah-langkah Model
Pembelajaran Inkuiri
NO.
|
Kegiatan
|
|
Guru
|
Peserta
Didik
|
|
1.
|
Kegiatan awal (20
Menit)
v Orientasi
Ø Menyapa siswa, memeriksa
kehadiran siswa dan berdo’a
Ø Meminta siswa duduk
dalam kelompok
Ø apersepsi dan motivasi
Eksplorasi
Ø Menyampaikan KD dan
tujuan pembelajaran
Ø Memberikan
informasi tentang ulasan materi dan menjelaskan secara garis besar materi
yang dipelajari
|
Kegiatan awal (20
menit)
Ø Mempersiapkan diri
untuk KBM
Ø Duduk dalam
kelompok
Ø Menjawab pertanyaan
yang dilontarkan guru
Eksplorasi
Ø Siswa mendengarkan
guru
Ø Mendengarkan dan
mencatat penjelasanguru
|
2.
|
Kegiatan Inti (±45
menit) Elaborasi
v Merumuskan masalah
Ø Memberikan LKPD kepada
setiap kelompok
Ø Membimbing siswa
dalam memahami masalah yang ada pada LKPD dan mendorong siswa untuk memahami
rumusan masalah.
|
Kegiatan inti (±45
menit) Elaborasi
Ø Memahami masalah
yang ada pada LKPD
|
|
v Merumuskan jawaban
sementara (hipotesis)
Ø Meminta setiap
kelompok untuk mendiskusikan hipotesis dari rumusan masalah dan menjawab
beberapa pertanyaan yang ada di dalam LKPD.
Ø Membimbing dan
mendorong siswa untuk mencari jawaban sementara (hipotesis)
|
ØMendiskusikan
hipotesis dari rumusan masalah
Ø Menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru di dalam LKPD
|
|
vMengumpulkan data
Ø Meminta siswa
mengumpulkan data (informasi) dari berbagai referensi untuk memperkuat
hipotesis dan mencari jawaban dari pertanyaan di dalam LKPD.
|
Ø Siswa bekerja sama
mengumpulkan data dari beberapa referensi untuk memperkuat hipotesis dan
menjawab pertanyaan dalam LKPD
|
|
vMenguji jawaban
tentatif (hipotesis)
Ø Guru meminta siswa
untuk menguji hipotesis dari data yang telah dikumpulkan
Ø Guru meminta siswa
untukmerumuskankesimpulan sementara dari langkah-langkah yang mereka lakukan.
Ø Mempersilahkanbeberapakelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas
Konfirmasi
Ø Membimbing jalannya
diskusi sebagai fasilitator.
Ø Mencatat jawaban
dari tiap kelompok yang presentasi.
|
Ø Siswa menguji
hipotesis dari data yang mereka kumpulkan.
Ø Siswa berdiskusi
merumuskan kesimpulan sementara berdasarkan jawaban yang mereka temukan.
Ø Kelompok maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinyasecara bnergantian.
Konfirmasi
Ø Mengikuti jalanya
diskusi dengan antusias.
Ø Mendengarkan
jawaban dari kelompok yang sedang presentasi.
|
|
vMerumuskan
kesimpulan
Ø Guru mempertegas
kesimpulan materi pembelajaran dari hasil temuan kelompok belajar.
Ø Kegiatan kelompok
selesai dan siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.
Ø Guru meminta siswa
untuk mengumpulkan LKPD ke meja guru.
|
Ø Maencatat
kesimpulan yang disampaikan guru.
Ø Kembali ke tempat
duduk masing-masing.
Ø Mengumpulkan LKPD
|
3.
|
Kegiatan Akhir (15
menit)
Ø Membimbing siswa
untuk merangkum hasil diskusi secara lisan.
Ø Guru memberikan
kuis tertulis pada siswa.
Ø Meminta siswa untuk
mengerjakan kuis dan setelah selesai langsung mengantarnya ke depan meja
guru.
Ø Guru meminta siswa
membaca materi berikutnya
|
Kegiatan Akhir (± 15
menit)
Ø Dibantu guru siswa
mencoba menyimpulkan materi yang telah diberikan
Ø Menjawab soal kuis
Ø Mendengarkan
perintah guru
|
4.
Insrtrumen
Penelitian
1)
Standar
Isi
Standar
isi merupakan struktur tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah. Standar isi ini terdiri dari Standar Kompetensi. Standar isi yang
digunakan adalah standar isi kelas X IPA 1 MA Abdulloh Tahun Ajaran 2016-2017.
2)
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan memuat rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus
memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan
penilaian proses.
3)
LKPD
(Lembar KegiatanPeserta Didik)
LKPD
adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa baik secara
individual maupun kelompok.
4)
Soal
Kuis beserta kunci jawaban (Pre-Test)
Sola
kuis yaitu soal yang dirancang oleh peneliti untuk setiap materi yang telah
dipelajari. Soal kuis digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman atau daya
serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
5)
Materi
Ajar
Materi
yang disampaikan ketika proses belajar dan mengajar yang sedang berlangsung.
6)
Soal
ujian blok beserta kunci jawaban (Post-Test)
Soal
ujian blok beserta kunci jawaban yaitu soal yang disusun oleh peneliti
untukbeberapa pokok bahasan yang sudah dipelajari.
5.
Teknik
Analisa Data
Data hasil
belajar siswa dengan menggunakan strategi metode inkuiri dianalisis dengan
teknik kuantitatif dikarenakan dalam mengolah data-data terebut menggunakan
angka-angka yang dijumlahkan untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang kemudian
dipresentasekan. Analisis data pencapaian hasil belajar siswa dilakukan dengan
melihat a) daya serap siswa, b) ketuntasan individu, c) ketuntasan klasikal
a)
Daya
serap
Untuk menentukan
daya serap digunakan rumus sebagai berikut :
Daya serap=(jumlah
siswa lulus : jumlah keseluruhan siswa) x 100%
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar,
dikelompokkan dengan menggunakan kriteria seperti pada tabel berikut :
Interval
|
Kategori
|
91-100
|
Sangat
Baik
|
83-90
|
Baik
|
75-82
|
Cukup
|
67-74
|
Kurang
|
≤66
|
Kurang
Sekali
|
Sumber: Dimodifikasi
sesuai dengan KKM sekolah MA Abdulloh Mojo ≥ 75
b)
Ketuntasan
individu siswa
Seorang siswa
dikataan tuntas dalam belajar apabila mencapai daya serap minimal dari KKM yang
diterapkan oleh sekolah. Di MA Abdulloh Mojo Kediri, nilai KKM yang ditetapkan
yaitu ≥75. Ketuntasan individu dapat dihitug dengan menggunakan rumus :
KI = SI : SMS
Keterangan :
KI = Presentase
ketuntasan individu
SI = Skor Individu
SMS = Skor maksimal
Soal
c)
Ketuntasan
klasikal
Suatu kelas dinyatakan tuntas
apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa tuntas. Ketuntasan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
KK = JST : JS
Keterangan :
KK = Presentase
Ketuntasan Klasikal
JST = Jumlah siswa yang
tuntas (tolak ukur KKM)
JS = Jumlah seluruh
siswa.[14]
DAFTAR
RUJUKAN
Nasir, Muhammad. 2003. Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Aritonang, Keke T. 2008. Minat dan
Motivasi dalam belajar siswa. Jurnal pendidikan penabur.
Pratiwi, L. Dkk. 2012. efektifitas model
pembelajaran inkuiri terbimbing ... unnes science education journal.
Elvis.
Konstruktivistik dalam pembelajaran biologi, diakses dari http://elvisuir.blogspot.com/2010/01/konstruktivistik-dalam-pembelajaran.html
pada tanggal 28 September 2016 pukul 19.30
Nizamudishamazia’s,
paradigma belajar IPA, diakses dari : http://Nizamudishamazia’s.wordpress.com/paradigma-belajar-ipa-biologi/.
Pada tanggal 28 september 2016 pukul 19.45
Kurniawan, A.D. 2003. metode inkuiri
terbimbing dalam pembuatan media pembelajaran biologi ... Jurnal pendidikan IPA
Indonesia
Nasrullah,
Akhid. 2008. penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar
siswa ... skripsi program studi PAI. STAIN Kediri
Herniati,
Liza. 2008. penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran koperatif
... skripsi pendidikan matematika. UNP Kediri
Syarifah,
Hindun. 2008. penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing ... skripsi program
studi biologi, UNP Kediri
Elvis,
Teknik Analisis Data. Diakses dari : http://elvisuir.blogspot.com/2010/03/teknik-analisis-data.html.
pada tanggal 28 September 2016 pukul 20:30 WIB
[1] Moh Nasir, Metode
Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003), Hlm 151
[2] Aritonang, Keke T. 2008.
Minat dan Motivasi dalam belajar siswa. Jrnal pendidikan penabr. Hlm 11
[3] Ibid, hlm 31
[4] L.
Pratiwi dkk, efektifitas model pembelajaran inkuiri terbimbing ... unnes
science education journal. 2012 hlm 87
[5] Ibid, hlm 90
[6] Elvis,
Konstruktivistik dalam pembelajaran biologi, diakses dari http://elvisuir.blogspot.com/2010/01/konstruktivistik-dalam-pembelajaran.html pada tanggal 28
September 2016 pukul 19.30
[7] Nizamudishamazia’s,
paradigma belajar IPA, diakses dari : http://Nizamudishamazia’s.wordpress.com/paradigma-belajar-ipa-biologi/. Pada tanggal 28
september 2016
[8] A.D.
Kurniawan, metode inkuiri terbimbing dalam pembuatan media pembelajaran biologi
..., 2013, Jurnal pendidikan IPA
Indonesia, hlm 9
[9] Aritonang,
Minat dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa, jurnal pendidikan
penabur, 2008, hlm 35
[10] Akhid
Nasrullah, 2008, penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil
belajar siswa ... skripsi program studi PAI. STAIN Kediri hlm, 79
[11] Liza Herniati, 2008,
penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran koperatif ... skripsi
pendidikan matematika. UNP Kediri, hlm 152
[12] Hindun
syarifah, 2008, penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing ... skripsi program
studi biologi, UNP Kediri, hlm 176
[13] Akhid
Nasrullah, 2008, penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil
belajar siswa ... skripsi program studi PAI. STAIN Kediri hlm, 187
[14] Elvis, Teknik Analisis Data. Diakses dari : http://elvisuir.blogspot.com/2010/03/teknik-analisis-data.html.
pada tanggal 28 September 2016 pukul 20:30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar