KLOROPLAS
Kloroplas merupakan salah satu organela yang terdapat pada sel tumbuhan.
Pada sel-sel tumbuhan tingkat tinggi umumnya berisi antara 50-200 buah
kloroplas. Kloroplas dapat dilihat dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran
yang paling kuat. Panjangnya antara 5-10um. Dilihat dari atas bentuknya lonjong
atau ellipsoid, dilihat dari salah satu sisinya dapat berupa permukaan atas
cembung dan permukaan bawahnya cekung, atau flat (lembaran lonjong), atau
bikonvek (kedua permukaannya cembung).
Pada tumbuhan bentuk kloroplas bervariasi. Pada euglena gracilis terdapat 10 buah kloroplas tiap-tiap selnya, pada chlamidomonas terdapat 1 kloroplas
berbentuk mangkuk. Ganggang spirogyra
mempunyai kloroplas seperti pita yang letaknya spiral di sepanjang sel nya
Kloroplas mempunyai membran rangkap, antara membran luar dan membran dalam
dipisahkan oleh ruang antar membran. Membran dalam tidak membentuk krista
seperti mitokokndria, namun berhubungan dengan kompleks membran di bagian
dalamnya. Disela-sela komplek membran berisi atmorf disebut stroma. Di dalam stroma, grana dan
stroma tilakoid tersuspensi. Jadi stroma setara dengan matriks mitokondria.
Kompleks membran internal sebangian besar mempunyai bentuk seperti kantung
pipih yang disebut tilakoid. Tumpukan tilakoid disebut granum. Satu tilakoid
dari granum disebut tilakoid granum. Sebuah tilakoid yang melebar kedalam
srtoma disebut tilakoid stroma. Tilakod yang menghubungkan antar grana disebut
fret. Pada beberapa literature tidak terdapat istilah tilakoid grana. Fret
umumnya disebut lamella grana. Bagian dalam tilakoid disebut lokulus.
Dengan adanya komplek membran pada kloroplas terdapat kompartemen yang
terpisah yaitu ruang membran, lokulus, dan stroma. Dari kebanyakan hasil
eksperimen membuktikan bahwa lokulus merupakan ruangan yang terpisah dari ruang
antar membran. Tilakoid merupakan tempat berlangsungnya reaksi terang
fotosintesis. Sedangkan stroma merupakan tempat berlangsungnya reaksi gelap
fotosintesis.
1.
Membran luar kloroplas
Membran luar kloroplas tumbuhan tinggi dipisahkan dari membran dalam oleh
ruang antar membran yang tebalnya 10nm. Membran ini permeabel terhadap
senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah seperti nukleotida, fosfst
inorganik, derivat yang mengandung fosfat, asam karboksilat, dan sukrosa. Jadi
ruang antar membran dapat dengan bebas menggunakan segala macam molekul nutrien
dari sitosol. Dilihat dari permeabilitasnya, fungsi membran luar kloroplas dan
mitokondria mempunyai persamaan.
2.
Membran dalam kloroplas
Membran dalam kloroplas merupakan barrier/penghalang sitosol dan sitoplasma
kloroplas. Membran dalam permeabel terhadap sukrosa, sorbitol, dan
bermacam-macam anion misalnya di trikarboksilat, fosfat,
persenyawaan-persenyawaan seperti nukleotida dan gula fosfat.
Meskipun membran dalam impermeable terhadap sejumlah persenyawaan, namun
membran dalam permeabel terhadap CO2, dan asam monokarboksilat tertentu seperti
asam asetat, asam gliserat, dan asam glikolat, serta kurang permeabel terhadap
asam amino.
Seperti membran dalam mitokondria, membran dalam loroplas berisi karier
khusus untuk mentranspor agen metabolic penting dalam fotosintesis seperti
fosfat, fosfogliserat, dihidroksoaseton fosfat, dikarboksilat dan ATP.
3.
Sistem membran internal
Membran internal merupakan jaringan membran yang sangat komplek pada
stroma. Mengenai bentuk yang sebenarnya, telah diketahui dengan pasti bahwa
membran tilakoid berisi enzim-enzim yang lengkap untuk reaksi terang
fotosintesis. Disinilah terdapat klorofil, pembawa elektron, dan faktor yang
menggandeng transpor elektron pada fosforilasi.
Mikrograf elektron dari sitem membran internal dapat menunjukkan adanya
struktur berkepala seperti yang terdapat pada mitokondria. Sebagaimana kita
ketahui bahwa struktur berkepala ini adalah partikel F¹ yang merupakan tempat
aktifitas ATPase dan sintesis ATP.
4.
Stroma dan inklusinya
Stroma merupakan tempat enzim-enzim yang penting untuk asimilase CO2
menjadi karbohidrat. Berbagai partikel sering ditemukan dalam stroma,
diantaranya adalah partikel amilum yang panjangnya dapat mencapai 2um. Fiksasi
dengan osmium tertraoksidavdapat dilihat adanya partikel plastoglobulin yang
letaknya bebas dalam stroma. Stroma juga tempat penimbunan lemak terutama
plastoqiunon dan tokoforilqiunon. Pada stroma terdapat pula ADN dan ribosom.
REAKSI
GELAP FOTOSINTESIS
Dengan
terbentuknya ATP dan NADPH maka tumbuhan hijau siap mensintesis karbohidrat.
Reaksi ini berlangsung di stroma kloroplas. Reaksi ini dinamakan reaksi gelap
karena reaksi ini walaupun terjadi di siang hari tetapi tidak peka terhadap
cahaya matahari. Didalam reaksi ini terjadi pengikata CO2
1.
Hasil pengikatan CO2 pertamakali yang stabil pada
fotosintesis
Penelitian
ini sebenarnya untuk mengetahui molekul apa yang sebenarnya dapat mengikat CO2
dalam fotosintesis. Penelitian ini pertama kali dilakukan oleh M.Cslvin,
menggunakan kultur ganggang Chlorella dan 14CO2. Calvin beranggapan bila
kedalam kultur diberikan 14CO2 cukup dan penyinaran dengan waktu yang lama maka
akan dihasilkan senyawa-senyawa yang cukup banyak, dan sebaliknya bila
diberikan penyinaran dengan waktu yang sngat pendek, maka akan dihasilkan satu
macam senyawa saja dan stabil. Ternyata penyinaran selama 5 detik hanya
terbentuk satu senyawa yang stabil yaitu asam fofogliserat. Calvin kemudian
melakukan pengukuran radioaktivitasnya. Dari senyawa-senyawa yang terjadi,
dalam keadaan terang dan gelap ternyata ada dua senyawa yang mengalami
perubahan radioaktivitas, yaitu PGA dan RuBP.
2.
Jalur C-3
Jalur C-3 juga dinamakan jalur Calvin, dari nama orang penemu jalur
pengikatan CO2 pada fotosintesis menggunakan jalur C-3 untuk mengikat CO2 nya,
ssehingga jalur ini merupakan jalur yang dominan. Didalam jalur ini CO2 diikat
oleh RuBP menjadi 2 molekul 3-PGA, suatu senyawa dengan 3 atom C.
Reaksi ini di katalisir oleh enzim RuBP-karboksilase yang akan bekerja
dengan baik apabila kadar CO2 yang diikat relatif tinggi. Senyawa 3-PGA bukan
senyawa yang bertenaga tinggi, bahkan tingkat tenaga 2 molekul PGA itu lebih
rendah dari 1 molekul RuBP. Karena itu reaksi pengikatan ini berjalan spontan,
tanpa menggunakan ATP hasil reaksi terang.
3.
Jalur C-4
Pada tahun 1965 kortschak dan Burr dari Hawai menemukan pada tubu bahwa
senyawa stabil yang pertama dibentuk dalam pengikatan CO2 adalah asam malat,
bukan 3-PGA. Penemuan ini didukung oleh hatch dan slack dari australia yang
pada tahun 1966 mendapatkan hasil yang serupa pada beberapa jenis Gramineae,
sehingga Hatch dan Slack kemudian menyusun daur C-4 dalam pengikatan CO2 pada
tumbuhan yang membentuk asam malat atau asam aspartat sebagai senyawa stabil
yang pertama. Daur ini kemudian dikenal dengan nama daur Hatch dan Slack. Pada
tumbuhan yang menggunakan jalur C-4 ini, CO2 udara mula-mula diikat oleh asam
fosfoenolpiruvat (PEP), dengan bantuan enzim PEP-karboksilase menjadi asam
oksaloasetat (OAA) yang mempunyai 4 atom C.
Asam ini kemudian diubah menjadi asam malat atau asam aspartat bila
bereaksi dengan NH3.
Reaksi ini berlangsung dalam kloroplas sel-sel mesofil daun. Asam malat
atau asam aspartat yang dibentuk kemudian akan diangkut ke dalam sel-sel
seludang berkas pengangkut, yaitu sel-sel parenkim yang mengandung kloroplas
dan mengelilingi berkas pengangkutan daun. Didalam sitoplasmanya asam malat
akan mengalami dekarboksilasi menjadi CO2 dan asam piruvat. CO2 kemudian dibawa
masuk kedalam kloroplas dan diikat oleh RuBP menjadi 3-PGA, kemudian direduksi
oleh jalur Calvin. Asam piruvat yang terbentuk diangkut kembali ke sel-sel
mesofil untuk diubah menjadi PEP dengan menggunakan tenaga dari ATP.
Golongan tumbuhan yang menggunakan jalur C-4, disebut tumbuhan C-4, dan
mempunyai struktur anatomi ynag khas, yaitu adanya sel-sel seludang berkas
pengangkut.
Pemisahan tingkat pengikatan CO2 udara dan tempat reduksinya ini sangat
menguntungkan bagi tumbuhan C-4 karena enzim PEP-karboksilase mempunyai daya
untuk menarik CO2 lebih tinggi daripada RuBP-karboksilase, sehingga
PEP-karboksilase masih dapat mengikat CO2, walaupun kadar CO2 di dalam daun
lebih rendah dari pada udara. Dengan sifat PEP-karboksilase yang demikian
berarti tumbuhan C-4 masih dapat mengikat CO2 dengan stoma setengah menutup
untuk mengurangi adanya transpirasi, sehingga lebih efisien dalam penggunaan air.
Disampin itu pemecahan asam malat di dalam sel seludang berkas pengangkut
menyebabkan kadar CO2 dalam kloroplas relatif tinggi sehingga daur Calvin dapat
lebih giat.
4.
Jalur CAM
Cam
adalah kependekan dari Crassulacean Acid
Metabolism, yaitu sitem metabolisme asam pada tumbuhan dari golongan Crassulaceae. Tumbuhan ini kebanyakan
tumbuh di daerah kering atau epifit sehingga umumnya berdaging untuk menyimpan
air dan stomanya menutup pada siang hari untuk mengurangi transpirasi. Karena
stomanya membuka pada malam hari, maka pengikatan CO2 juga dilakukan pada malam
hari, maka pengikatan CO2 nya hanpir sama dengan tanaman C-4, namun di dalam
jalur CAM ini tidak ada pemisahan antara tempat pengikatan CO2 dengan tempat
reduksinya. Semuanya berlangsung di dalam sel-sel mesofil dan pemisahan hanya
terjadi dalam hal waktu pengikatan CO2 udara. Pada malam hari CO2 diikat oleh
PEP menjadi OAA (asam oksalo asetat), kemudian akan diubah menjadi asam malat.
Asam malat ini akan disimpan dalam vakuola sel, karena penimbunan asam di dalam
plasma sel dapat menghambat metabolisme sel. Baru pada keesokan hariny asam
malat dibawa masuk ke dalam kloroplas, dan diikat serta direduksi melalui daur
Calvin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar